Warna kebesaran Saint-Etienne sendiri adalah warna hijau sejak awal berdiri, yang diambil dari warna kebesaran Groupe Casino.
Perjalanan Saint-Etienne di sepak bola Prancis kemudian dimulai pada 1933, atau setelah berubah menjadi tim profesional.
Saint-Etienne masuk ke kasta kedua dan bermain selama empat musim di kasta tersebut, sebelum akhirnya promosi ke kasta teratas pada 1938/1939 dan menuai prestasi pasca Perang Dunia II berakhir.
Kesuksesan Saint-Etienne pasca Perang Dunia II didapat dibawah arahan mantan pemainnya, yakni Jean Snella, dengan meraih gelar perdana pada 1955, yakni Coupe Charles Drago.
Setelahnya, Snella membawa Saint-Etienne meraih gelar liga pada 1957 dan meraih dua gelar liga lainnya dalam dua periode kepelatihannya sebelum hijrah ke Swiss pada 1967.
Meski Snella pergi, Saint-Etienne tetap mampu mempertahankan dominasi di kancah teratas dan meraih tujuh gelar liga lainnya.
Usai merengkuh kesuksesan di era 60 hingga awal 80-an, Saint-Etienne diterpa masalah finansial yang membuat Les Verts harus degradasi pada 1984.
Pasca degradasi, Saint-Etienne coba berbenah dan bisa promosi 12 tahun berselang. Tapi lagi-lagi Les Verts mendapat skandal terkait status pemain.
Pada 2001, Saint-Etienne pun kembali terdegradasi dan kembali berjuang promosi. Perjuangan itu berbuah manis pada 2004 saat promosi di Ligue 1 Prancis.
Sejak saat itu, Saint-Etienne mampu kembali ke papan atas serta tampil di kompetisi Eropa dan menjuarai kancah domestik seperti Piala Liga Prancis.
Kini, Saint-Etienne harus mengalami kemunduran. Kemunduran ini dimulai di awal musim 2021/2022, di mana Les Verts mendapat rekor buruk dengan menelan 12 kekalahan beruntun di liga.
Hal tersebut berujung pemecatan Claude Puel, dan penunjukkan dua pelatih lanjutan yang berakhir dengan terdegradasinya rival abadi Olympique Lyon tersebut.
[Felix Indra Jaya]