Tumor Payudara Tak Selalu Ditandai Nyeri

Rabu, 25 Mei 2016 | 10:53 WIB
Tumor Payudara Tak Selalu Ditandai Nyeri
Ilustrasi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebut, kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak diderita perempuan Indonesia dengan jumlah penderita mencapai 12.146 jiwa.

Dokter spesialis radiologi Siloam Hospital Kebon Jeruk, dr. Vera Nevyta Tarigan mengatakan bahwa kurangnya kesadaran untuk deteksi dini menjadi penyebab tingginya jumlah penderita kanker payudara di Indonesia. Padahal salah satu deteksi dini yang dinamakan 'SADARI' atau periksa payudara sendiri tak membutuhkan biaya sepeserpun dan caranya mudah dilakukan.

"Kalau tumor jinak dideteksi secara dini, maka peluang untuk terhindar dari kanker payudara semakin besar. Seharusnya SADARI memang sudah mulai diajarkan pada remaja perempuan yang baru mendapatkan menstruasi," ujar Vera di sela temu media di Siloam Hospital Kebon Jeruk, Selasa (24/5/2016).

Salah satu anggapan yang salah pada perempuan mengenai gejala kanker payudara adalah menunggu nyeri baru memeriksakan diri ke dokter. Padahal menurut Vera, kanker payudara tak selalu ditandai dengan nyeri.

"Tumor itu tidak menimbulkan gejala, bahkan juga tidak menimbulkan nyeri. Jadi kalau baru mau periksa tunggu nyeri di payudara itu salah sekali. Tahu-tahu tumor atau kanker justru sudah ganas," ujar Vera.

Ia menambahkan, keluhan nyeri pada bagian payudara wajar terjadi dan biasanya disebabkan karena faktor hormonal. Oleh karena itu Ia mengimbau agar kaum hawa tetap mendeteksi dini ada tidaknya tumor payudara meski tidak mengalami nyeri.

"Intinya kalau saat SADARI merasakan adanya benjolan, segera konsultasikan ke dokter. Jangan tunggu nyeri," tambahnya.

Deteksi dini kanker payudara sendiri, lanjut dia, bisa dilakukan melalui pemeriksaan mamografi, USG, MRI, hingga Automated Breast Volume Scan (ABVC).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI