Kenali Jenis, Penyebab dan Pengobatan Stroke Pada Bayi dan Anak

Risna Halidi Suara.Com
Selasa, 21 Juli 2020 | 19:06 WIB
Kenali Jenis, Penyebab dan Pengobatan Stroke Pada Bayi dan Anak
Ilustrasi bayi sakit (Pexels)

Stroke hemoragik pada anak disebabkan karena kelainan pembuluh darah vena, kegagalan pembentukan sistem pembuluh darah (bersifat bawaan). Akibatnya, bila pembuluh darah robek, lekas terjadi perdarahan.

Adapun stroke tipe CSVT dipicu oleh beberapa faktor, seperti infeksi organ telinga (mastoiditis), infeksi rongga hidung (sinusitis), infeksi selaput otak (meningitis).

Pada anak usia pra sekolah, infeksi kepala dan leher merupakan penyebab paling sering CSVT. Peningkatan faktor VIII, mutasi pada MTHFR, dan peningkatan kadar homosistein di dalam darah (hiperhomosisteinemia) juga dijumpai pada sejumlah anak penderita CSVT.

Konsumsi obat-obatan protrombotik, seperti pil kontrasepsi oral dan asparginase, juga meningkatkan risiko terkena CSVT dan stroke iskemik.

Bayi yang menderita CSVT seringkali datang dengan kejang atau penyakit otak di minggu-minggu pertama kehidupannya, terkadang bahkan tanpa disertai gejala.

Anak yang menderita CSVT sering mengeluh sakit kepala atau pusing, mudah mengantuk, mual, dan muntah. Serangan CVST cenderung berkembang secara bertahap, mulai dari beberapa jam hingga beberapa hari.

Pada anak usia 4-6 bulan bila aktivitas motorik anak tidak seimbang atau tak simetris, atau dominan menggunakan bagian atau sisi tangan tertentu, maka orang tua hendaknya segera membawa anak itu ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut, untuk memastikan apakah ia menderita stroke iskemik.

Gejala-tanda lain anak yang menderita stroke iskemik antara lain: hemiparesis (lumpuh separuh), diplopia (melihat dobel), hemianopsia (kehilangan separuh lapangan pandang, hanya mampu melihat separuh, tidak utuh), vertigo (sensasi berputar), nistagmus (gerakan bola mata di luar kemauan), ataksia (gangguan gerak), disfasia (gangguan bicara).

Pada anak yang menderita stroke hemoragik, keluhan utamanya adalah pusing atau sakit kepala yang berat. Bahkan lebih dari 50 persen mengalami sakit kepala dengan mual atau muntah.

Baca Juga: Kecanduan Game saat Pandemi Covid-19, Bocah Ini Terserang Stroke

Perubahan atau penurunan tingkat kesadaran umum terjadi, sedangkan sekitar 15-37 persen mengalami kejang. Bila perdarahan terjadi di otak bagian fossa posterior, maka dokter menjumpai bulbar signs, gangguan gerak, dan kondisinya cepat memburuk menjadi koma.

Demam dan tanda meningeal dijumpai dokter pada kasus perdarahan di otak bagian subarachnoid, dan perlu waspada kemungkinan infeksi.

Strategi Sederhana
Ada "strategi sederhana" untuk deteksi keterlibatan arteri melalui gejala atau keluhannya. Maksudnya, presentasi klinis stroke bergantung dari pembuluh darah arteri yang terlibat.

Bila arteri karotid internal yang terkena, maka simtomatologinya (tanda, gejala, keluhannya) berupa: hemiparesis (salah satu sisi tubuh melemah sehingga sulit digerakkan), afasia (gangguan berkomunikasi atau berbicara), hemianopsia (hilangnya penglihatan di setengah bidang visual dari satu atau kedua mata).

Bila arteri serebral anterior yang terkena, maka simtomatologinya berupa hemiparesis, terutama di bagian kaki. Bila arteri serebral pertengahan (middle cerebral artery) yang terkena, maka simtomatologinya berupa hemiparesis bagian lengan, hemianopsia, dan afasia. Bila arteri serebral posterior yang terkena, maka simtomatologinya berupa hemianopsia, hemiparesis, ataksia (gangguan pergerakan tubuh), dan pusing (dizziness).

Bila arteri basilar yang terkena, maka simtomatologinya berupa gangguan keseimbangan, sensoris, pernafasan, ataksia, nistagmus (pergerakan bola mata secara cepat, tak terkendali), opisthotonus (postur tubuh tidak normal, badan kaku, leher dan punggung kaku serta melengkung ke belakang), tremor, dan muntah.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI