Pada studi ini, para peneliti menggunakan data dari 417 partisipan dalam studi Fragile Families and Child Wellbeing. Para peserta mengenakan akselerometer di pergelangan tangan dan pinggul untuk mengukur tidur dan aktivitas fisik selama satu minggu.
Salah satu kekuatan dari studi ini adalah menggunakan perangkat untuk mendapatkan pengukuran yang tepat tentang tidur dan aktivitas, dibandingkan wawancara langsung.
Selain menemukan hubungan antara aktivitas fisik memengaruhi tidur malam itu, para peneliti juga menemukan hubungan antara tidur dan aktivitas keesokan harinya.
Mereka menemukan bahwa ketika peserta tidur lebih lama dan bangun, mereka akan tidak banyak bergerak atau berolahraga di keesokan harinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya waktu luang untuk berolahraga di esok harinya.