Suara.com - Nigeria mencatat kasus virus corona pertama pada 27 Februari 2020, melalui seorang imigran Italia yang sampelnya diteliti untuk pengurutan genom. Hasilnya, data urutan SARS-CoV-2 pertama di benua Afrika terbit pada 6 Maret 2020.
Pengurutan genom membantu peneliti lebih memahami virus, epidemiologim dan evolusinya. Secara global, memang hanya ada satu strain SARS-CoV-2, namun, ada lebih dari seribu garis keturunan virus baru ini yang beredar di seluruh dunia.
Klasifikasi garis keturunan didasarkan pada mutasi atau varian genetik yang menghubungkan 'tipe leluhur' dengan genetika keturunan, yang tidak mengubah fisiologi virus.
Pada dasarnya, garis keturunan virus terbentuk bila mutasi yang terjadi tidak mengubah protein virus yang disandikan. Namun, setiap mutasi yang mengarah pada perubahan patogenisitas virus, virulensi atau imunogenisitas, akan menjadi strain baru.
Jika mutasi memengaruhi bagian virus yang sistem kekebalan tubuh gunakan untuk menetralkan virus, ini akan menjadi jenis yang dapat menginfeksi orang yang sebelumnya terinfeksi atau divaksinasi.
![Penampakan Virus Corona baru atau COVID-19 [NIAID flickr].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/03/25/60706-penampakan-virus-corona-baru-2.jpg)
Menurut laporan Live Science, sejauh ini ilmuwan telah mengidentifikasi tujuh dari seribu lebih garis keturunan di Nigeria. Setiap garus keturunan mewakili urutan dari berbagai negara.
Garis keturunan pertama mewakili urutan virus dari China dan 'ekspor' global, seperti Asia Tenggara, Jepang, Korea Selatan, Australia, AS, dan Eropa.
Kedua mewaliki urutan virus dari wabah Italia, ketiga mewakili Eropa baru, dan keempat mewakili urutan dari Inggris, Islandia, dan Turki.
Urutan kelima mewakili urutan dari Belanda, Turki, Arab Saudi, Mesir, Finlandia dan Inggris. Urutan keenam mewakili urutan dari Belanda. Ketujuh mewakili urutan dari Turki, Arab Saudi, Mesir, Finlandia dan Inggris.
Baca Juga: Eijkman: Mutasi Virus Corona D614G Tidak Akan Pengaruhi Pengembangan Vaksin
Garis keturunan yang diidentifikasi di Nigeria tidak berbeda dari yang diidentifikasi di negara lain dan sejauh ini tidak ada laporan tentang galur yang unik di negara tersebut.