SARS-CoV-2 positif dengan akurasi rata-rata 96 persen, yang artinya hamil tidak ada hasil positif palsu. Tetapi, sensitivitas keseluruhan adalah 68 persen, yang berarti ada beberapa negatif palsu.
Penyebab sensitivitas yang lebih rendah kemungkinan cara peneliti melakukan pengujian ketat. Jika anjing melewati salah satu port dengan sampel positif satu kali tanpa menanggapi, Artinya itu gagal.
"Penelitian yang melibatkan anjing ini bukanlah hal sederhana. Anjing harus spesifik dalam mendeteksi bau infeksi, tetapi mereka juga harus menggeneralisasi bau latar belakang orang yang berbeda-beda," kata Cynthia Otto, direktur Pusat Anjing Pekerja Kedokteran Hewan Universitas Pennsylvania.
Jadi, anjing-anjing itu juga cukup berjuang keras dalam mengenali bau. Karena, anjing cenderung membedakan antara aroma pasien yang Sebenarnya dan bukan status infeksinya.
Selain itu, anjing juga bingung dengan sampel dari pasien Covid-19 yang baru saja pulih, tetapi memiliki hasil tes negatif. Dalam penelitian selanjutnya, peneliti harus melatih anjing pada sampel yang beragam dan tidak berulang kali menguji anjing pada sampel dari individu yang sama.