Namun, jika ibunya tidak sehat, bayi berarti ada dalam kondisi yang sulit, ini merupakan indikasi untuk melanjutkan operasi caesar darurat, jam berapapun waktunya.
Hal yang membuatnya frustasi adalah, ternyata operasi darurat itu terjadi karena ibu yang melahirkan adalah pasien COVID-19 yang kemungkinan besar, tes skrining COVID-19 RTK-nya positif.
"Ketika kami bertanya bagaimana ini mungkin, jawabannya adalah bahwa dia pergi mengunjungi dan bepergian selama Hari Raya IdulFitri. Kerabatnya tidak sehat namun dia memilih untuk tetap mengunjungi mereka. Dia memilih untuk pergi ke rumah mereka, bukan memakai masker terus menerus, dia tidak menjaga jarak, dan tidak mengikuti prosedur operasi standar dasar (SOP)," tulis dr Tasha panjang.
Tidak berhenti di situ, dr Tasha melanjutkan, saat ibu hamil itu kembali ke rumah, dia merasa tidak enak badan. Namun dia masih memiliki kerabat dan teman yang datang ke rumahnya sendiri untuk berkunjung.
Dr Tasha mengungkapkan kekecewaannya yang terbesar karena sang ibu tidak mempertimbangkan tanggung jawabnya, tidak hanya kepada orang lain, tetapi juga kepada bayinya.
"Ini membuat saya frustrasi bahwa selama cobaan berat ini, dia tidak dapat menyisihkan dua menit untuk memikirkan bagaimana hal ini mempengaruhi bayinya yang belum lahir," tulis dokter itu.
"Dia lupa memikirkan kami sebagai garis terdepan, kami memang orang asing. Tapi dia tidak pernah memikirkan bagaimana jika dia positif COVID-19, itu akan mengubah seluruh pengalaman persalinannya," kata dia lagi.
Menurut Dr Tasha, jika sang ibu ternyata positif, bayinya harus diisolasi setelah dilahirkan dan menjalani serangkaian tes dan swab hanya beberapa jam setelah lahir.
"Tidak ada pertimbangan diberikan, tidak ada kesadaran yang hadir," ujarnya.
Baca Juga: Lain dari yang Lain! Pria ini Bawa Kecoa Ke Dokter Hewan Akibat Terinjak
Setelah kejadian tersebut, dr Tasha mengatakan dia merasa sangat lelah dan kehilangan motivasi dalam pertempuran melawan COVID-19 ini.