Trauma Otak Pada Korban KDRT Bisa Lebih Parah Daripada Atlet Sepakbola dan Tentara

Selasa, 15 Maret 2022 | 09:28 WIB
Trauma Otak Pada Korban KDRT Bisa Lebih Parah Daripada Atlet Sepakbola dan Tentara
Ilustrasi KDRT. (pexels/KarolinaGrabowska)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Korban KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga berisiko alami trauma otak yang lebih parah daripada pemain sepak bola dan tentara.

Tetapi, jumlah pasti orang yang mengalami trauma otak akibat kekerasan dalan rumah tangga di dunia, yang sebagian besar dialami perempuan, tidak diketahui pasti karena tidak pernah didiagnosis.

"Orang-orang mungkin berpikir, seseorang memukul kepalanya atau mendorongnya, bukan masalah besar," kata profesor psikiatri di Universitas Harvard Dr. Eve M. Valera, dikutip dari Fox News.

Pada tahun 1990, dokter di Inggris Dr. Gareth Roberts mengevaluasi otak seorang perempuan berusia 76 tahun yang meninggal setelah bertahun-tahun mengalami pelecehan dari suaminya.

Hasil otopsi menunjukkan bahwa otak perempuan itu mirip dengan pasien Alzheimer. Cara kerja otaknya juga serupa sampai tingkat tertentu dengan petinju yang menderita ensefalopati traumatis kronis.

Kasus itu kemudian menjadi hubungan pertama dalam literatur antara penyakit neurogeneratif dan perempuan yang menjadi korban kekerasan.

Kekerasan pasangan intim (IPV) bisa berupa pelecehan fisik, seksual, atau psikologis dalam hubungan romantis.

Sekitar 68 persen korban IPV mengalami hampir pencekikan, tetapi hanya setengahnya yang memiliki tanda-tanda trauma yang terlihat dengan hanya 15 persen dari mereka yang menunjukkan bukti cedera, kemudian difoto untuk mendokumentasikan pelecehan tersebut, menurut Institut.

Kehilangan kesadaran dapat terjadi dalam hitungan detik dan kematian juga dapat terjadi dalam beberapa menit selama pencekikan.

Baca Juga: Pernah Alami KDRT, Dhena Devanka Tak Trauma Cari Pasangan Baru

Tanda-tanda umum pencekikan termasuk petechiae (bintik-bintik merah kecil yang disebabkan oleh pendarahan di bawah kulit) pada wajah, bola mata dan kelopak mata, pembengkakan, bekas garukan dan lecet di sekitar leher, menurut Strangulation in Intim Partner Violence Fact Sheet.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI