Trauma Otak Pada Korban KDRT Bisa Lebih Parah Daripada Atlet Sepakbola dan Tentara

Selasa, 15 Maret 2022 | 09:28 WIB
Trauma Otak Pada Korban KDRT Bisa Lebih Parah Daripada Atlet Sepakbola dan Tentara
Ilustrasi KDRT. (pexels/KarolinaGrabowska)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Lembar fakta juga mencatat bahwa korban mungkin mengeluh kehilangan ingatan, pusing, sakit kepala, suara serak, kesulitan menelan atau bernapas.

Karena gejala ini, korban mungkin mengalami kesulitan memproses peristiwa tersebut dan sering tidak melaporkannya ke polisi. Sehingga banyak serangan dalam rumah tangga yang tidak diketahui, menurut Times.

Meskipun sebagian besar penelitian mengenai gegar otak dan penyakit neurogeneratif berasal dari mempelajari otak laki-laki, beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih rentan terhadap gegar otak sebagian.

Hal tersebut karena laki-laki memiliki leher yang lebih berotot untuk menahan pukulan ke kepala dan perempuan memiliki serabut saraf yang lebih ramping yang menyebabkan jadi lebih mudah bergeser selama trauma.

Perempuan juga mungkin lebih rentan terhadap gejala pasca-gegar otak karena perbedaan hormon seks. Penelitian menunjukkan gangguan progesteron yang mungkin terjadi karena dampak pada kelenjar pituitari di otak.

Beberapa penelitian menunjukkan jika korban kebetulan berada dalam siklus menstruasi selama peristiwa traumatis, dia dapat menderita lebih banyak kecemasan dan depresi sesudahnya dibandingkan dengan pria, menurut Times.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI