"Hipotesis utama untuk kram otot di malam hari adalah adanya transisi dari tidur gerakan mata cepat (REM) ke tidur non-REM," katanya.
"Selama tidur REM, tonus otot (ketegangan otot saat istirahat) menurun, dan ketika beralih ke fase tidur non-REM, tonus otot dapat meningkat tiba-tiba, menyebabkan kram," katanya.
Untuk mengatasi kram otot, Poon menyarankan agar segera melakukan peregangan otot yang kram ke arah berlawanan. Misalnya, jika kram terjadi pada betis yang membuat kaki seperti terjinjit, tarik kaki ke arah sebaliknya agar otot betis rileks.
Selain itu, mengisi kembali elektrolit tubuh dengan mengonsumsi makanan tinggi kalium seperti pisang atau minum minuman isotonik juga bisa membantu mencegah kram. Dr. Ang menambahkan bahwa penggunaan kompres panas di area yang kram dapat membantu melemaskan otot, sedangkan kompres dingin setelahnya dapat mengurangi rasa sakit.
Meskipun kram otot bisa terasa nyeri, Poon menekankan bahwa kondisi ini tidak menyebabkan kerusakan pada otot atau jaringan di sekitarnya. Sensasi nyeri, kesemutan, atau bahkan terbakar yang terasa setelah kram disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke area tersebut. (antara)