Suara.com - Akademisi yang juga pegiat media sosial, Ade Armando kembali menuai sorotan publik. Pria berkacamata yang juga politisi Partai Solidaritas Indonesia atau PSI ini kembali memantik kontroversi.
Ada Armando seolah tak pernah mau berhenti bikin heboh. April 2022 lalu, ia pernah dipukuli sejumlah oknum demonstran saat aksi demo tolak penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden di depan Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta.
Pria yang juga berprofesi sebagai dosen itu dipukuli hingga lebam dan nyaris ditelanjangi. Jauh sebelum itu, pada 2017 silam, Ade Armando juga pernah dilaporkan ke Polda Metro Jaya.
Gara-garanya, unggahan Ade Armando di akun Facebooknya, dia menulis: "Allah kan bukan kan bukan orang Arab. Tentu Allah senang kalau ayat-ayatnya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, Cina, Hiphop, Blues".
Gegara unggahannya itu, Ade Armando sempat ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi atas dugaan pelanggara UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Masih di tahun yang sama, Ade Armando mengunggah foto pentolan FPI, Rizieq Shihab bersama sejumlah ulama memakai topi Santa Klaus. Ia pun kembali dilaporkan ke Bareskrim Polri.
Dalam perkara ini, Ade dilaporkan atas kasus dugaan tindak pidana ujaran kebencian bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Lalu, pada 2018, Ade juga membuat cuitan bahwa 'azan tak suci'. Untuk kesekian kali ia pun dilaporkan ke Polda Metro Jaya.
Singgung Politik Dinasti Yogyakarta
Baca Juga: Pernyataan Kebablasan Ade Armando Soal Politik Dinasti DIY Bikin Kaesang Berang

Seolah tak mau berhenti bikin kontroversi, baru-baru ini Ade Armando kembali memantik 'bara'. Ia menyinggung dinasti di Yogyakarta, hal ini setelah aksi aliansi mahasiswa di Yogyakarta pada 29 November 2023 lalu yang mengkritik politik dinasti Presiden Joko Widodo.
Dalam unggahan videonya di media sosial yang diketahui telah dihapus itu, Ade Armando menyatakan yang harus dilawan pertama para mahasiswa di Yogyakarta adalah Yogyakarta itu sendiri. Karena menerapkan sistem dinasti dalam menentukan gubernurnya yang tak melalui pemilihan umum.
Ade Armando menyebut DIY mempraktikan politik dinasti lantaran gubernur dan wakil gubernurnya tidak dipilih melalui pemilu, tetapi melalui penetapan.
Belakangan Ade Armando telah menyampaikan permintaan maaf melalui unggahan video. Pernyataan maaf tersebut salah satunya diunggah dalam akun TikTok Adearmando_official.
"Melalui video ini saya ingin mengajukan permintaan maaf sebesar-besarnya, seandainya video saya yang terakhir tentang politik dinasti telah menimbulkan ketersinggungan dan kegaduhan terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta," katanya.
Dalam video tersebut, Ade mencoba merespons aksi responsif kelompok-kelompok di Yogyakarta yang akan dilakukan dan dikaitkan dengan partai politik tempatnya bernaung.