Satelit buatan bisa dibawa ke luar angkasa dengan cara meluncurkannya menggunakan roket. Satelit buatan akan diluncurkan ke orbit yang telah ditentukan.
Ada 3 lapisan orbital yang berbeda, di antaranya:
- Geostationary Earth Orbit (GEO) yang mengorbit di ketinggian 36.000 km di atas bumi. Waktu rotasi 24 jam. Contoh GEO, seperti satelit telekomunikasi Palapa dan satelit Telkom.
- Medium Earth Orbit (MEO) yang mengorbit di ketinggian 8.000 sampai 20.000 km di atas bumi. Waktu rotasi 2-4 jam. Contoh MEO, seperti satelit cuaca dan satelit navigasi.
- Low Earth Orbit (LEO) yang mengorbit di ketinggian 500 sampai 2.000 km di atas bumi. Waktu rotasi 90 menit. Contoh LEO, seperti satelit komunikasi seluler.
Berbagai jenis satelit buatan manusia yang ada di luar angkasa tidak akan jatuh karena sudah diperhitungkan dengan tepat yang menentukan kecepatan rotasi satelit. Sir Isaac Newton, ahli fisika dunia, telah memperhitungkan hal tersebut.
Menurut Newton bahwa satelit harus bergerak dengan kecepatan sekitar 27.000 km/jam. Karena jika bergerak terlalu lambat, satelit bisa jatuh ke Bumi. Namun, apabila bergerak terlalu cepat, secara mental satelit bisa ke luar angkasa. Karena itu, satelit buatan harus selalu siap dengan bahan bakar tinggi.
Meski bergerak dengan kecepatan super tinggi, antara satelit buatan juga tidak akan bertabrakan. Karena sejak awal pembuatannya, sudah disepakati bahwa satelit akan bergerak searah dengan putaran bumi, sehingga orbitnya searah dan tidak saling bertabrakan.
Meski manusia telah mengatur segala persiapan satelit buatan dengan detail, juga pernah terjadj kecelakaan satelit di luar angkasa. Pada tahun 2009 terjadi kecelakaan antara Satelit Iridium milik Amerika Serikat dengan Satelit Cosmos 2251 milik Rusia yang sudah tidak berfungsi lagi. Untungnya, pecahan kedua satelit itu sudah terbakar sebelum mencapai Bumi.