Suara.com - Keputusan untuk mengakhiri pernikahan seringkali sulit. Tapi ketika harus mengajukan perceraian, ada pola yang jelas tentang siapa yang melakukannya pertama kali, yakni pihak wanita.
Contohnya di AS, hampir 70 persen perceraian diprakarsai oleh perempuan. Menurut sebuah studi penelitian tahun 2015 yang dilakukan oleh American Sociological Association (ASA), menunjukkan dua pertiga dari semua perceraian diprakarsai oleh wanita. Di antara wanita berpendidikan perguruan tinggi, jumlah ini melonjak hingga 90%.
Mengapa ini bisa terjadi? Pada dasarnya bermuara pada tiga faktor utama. Berikut tiga alasan utama mengapa wanita lebih sering mengajukan cerai daripada pria.
1. Wanita tidak lagi mentolerir perilaku konsisten yang tak dapat mereka terima
Dahulu, kebanyakan wanita tidak bekerja sebanyak sekarang. Karena itu, istri akan lebih bergantung pada suami, meski harus menerima perilaku kasar dan lalai.
Namun wanita di era ini tidak lagi bergantung pada laki-laki untuk menyediakan sumber daya. Akibatnya, wanita tidak mau lagi menerima perilaku yang tidak bertanggung jawab secara konsisten dari suami mereka seperti sebelumnya.

2. Wanita sering kali menanggung lebih banyak beban emosional
Dikutip dari laman The Whitley Law Firm, komunikasi adalah kunci dalam pernikahan apa pun, tetapi seringkali merupakan area di mana banyak pasangan kesusahan.
Umumnya, pria tidak diajarkan bagaimana mereka dapat berkomunikasi dan memproses emosi. Akibatnya, wanita dalam pernikahan mendapati bahwa mereka sering kali akan mengambil lebih banyak tanggung jawab emosional.
Baca Juga: Heboh Pengantin Wanita Mendadak Kesurupan Saat Pesta Pernikahannya Berlangsung
Seiring waktu, hal ini berdampak pada seseorang, secara mental, fisik, dan tentu saja secara emosional. Tanpa dukungan emosional dari suami, istri akan merasa sendiri tanpa sumber dukungan dalam pernikahan.