
Ini adalah sayur khas Aceh yang kaya rasa dan penuh gizi. Terbuat dari beragam sayuran lokal yang dimasak dengan "pliek u" fermentasi kelapa tua, sehingga menghasilkan rasa unik, gurih, dan sedikit asam.
Makna di balik nama "Kuah" berarti kuah atau sup, dan "Pliek U" adalah inti dari masakan ini, yakni bumbu fermentasi kelapa.
Makanan ini melambangkan kebersamaan, karena biasanya dimasak dalam jumlah besar untuk acara gotong royong atau pesta rakyat.
Kuah Pliek U mudah ditemukan di rumah makan Aceh tradisional di Lhokseumawe, dan tetap jadi buruan wisatawan yang ingin merasakan rasa autentik Aceh.
4. Eungkot Paya

Eungkot Paya adalah olahan ikan air tawar (biasanya ikan gabus) yang dimasak dengan kuah kuning berbumbu khas Aceh. Rasa asam pedasnya benar-benar menggoda.
"Eungkot" berarti ikan, dan "Paya" berarti rawa. Nama ini merefleksikan habitat ikan yang digunakan, yaitu dari rawa-rawa di sekitar Lhokseumawe.
Sampai sekarang, Eungkot Paya masih menjadi hidangan wajib dalam tradisi makan keluarga di daerah pesisir Aceh. Di warung-warung makan, hidangan ini tetap ramai diburu wisatawan pencinta kuliner tradisional.
5. Martabak Aceh
Baca Juga: 7 Kuliner Khas Makassar yang Wajib Dicicipi saat Liburan, Dari Coto hingga Barongko

Berbeda dari martabak pada umumnya, Martabak Aceh berisi campuran telur, daging cincang, daun bawang, dan rempah-rempah yang dibungkus dalam adonan tipis lalu digoreng hingga renyah.
Nama "martabak" berasal dari bahasa Arab "mutabbaq" yang berarti "lipat". Di Aceh, martabak mengalami adaptasi rasa lokal dengan cita rasa lebih berbumbu.
Martabak Aceh sangat populer sebagai menu camilan malam di Lhokseumawe. Banyak penjual martabak di pinggir jalan yang buka hingga tengah malam, menjadi buruan wisatawan dan warga lokal.
6. Kuah Beulangong

Kalau ada Kuah Pliek U, di Aceh juga ada Kuah Beulangong.
Makanan khas Aceh ini berupa gulai berisi daging kambing dan nangka muda.