suara hijau

Global Warming Bikin Produktivitas Kantor Merosot? Studi Ini Punya Buktinya

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 27 Juni 2025 | 10:40 WIB
Global Warming Bikin Produktivitas Kantor Merosot? Studi Ini Punya Buktinya
Ilustrasi ruangan kerja, kantor. (Pixabay/Pexels)

Suara.com - Studi baru mengungkap kenaikan suhu akibat pemanasan global (global warming) bisa merusak kerja sama tim, bahkan saat individu tetap tampil baik. Dampaknya krusial bagi dunia kerja tropis seperti Indonesia.

Ketika suhu ruangan naik beberapa derajat, dampaknya mungkin tidak langsung terasa. Namun studi terbaru dari Universitas California San Diego menunjukkan bahwa paparan panas ringan pun bisa secara nyata menurunkan produktivitas—bukan pada individu, melainkan pada kerja tim.

Penelitian yang akan diterbitkan di jurnal Review of Economics and Statistics ini menyoroti sesuatu yang sebelumnya luput dari perhatian: bagaimana suhu memengaruhi dinamika interpersonal, terutama saat kolaborasi menjadi tulang punggung produktivitas di sektor kerja modern.

Bukan Soal Keringat, Tapi Soal Kolaborasi

Eksperimen dilakukan di Dhaka, Bangladesh—salah satu kota besar dengan suhu tinggi dan akses terbatas pada pendingin ruangan. Para partisipan adalah mahasiswa ilmu komputer yang diminta menyelesaikan tugas pemrograman, baik secara individu maupun berpasangan, di ruangan bersuhu 24°C dan 29°C.

Hasilnya mencolok:

  • Individu tampil konsisten di kedua suhu
  • Tim di ruangan hangat mengalami penurunan kinerja signifikan

"Ada kerusakan dalam komunikasi dan interaksi antar rekan kerja ketika cuaca panas," kata Teevrat Garg, profesor ekonomi dan salah satu penulis studi, melansir Newswise, Jumat (27/6/2025).

Ilustrasi ruang kerja (pexels.com)
Ilustrasi ruang kerja (pexels.com)

"Panas membuat orang lebih mudah kesal, sehingga kurang mampu bekerja sama. Padahal, kolaborasi sangat penting untuk kreativitas dan inovasi," tambahnya lagi.

Studi juga menemukan bahwa efek suhu tinggi paling terasa pada tim yang terdiri atas anggota dengan latar belakang berbeda, seperti jenis kelamin atau tingkat pendidikan. Dalam kondisi panas, partisipan lebih tidak puas terhadap rekannya dan ingin mengganti pasangan kerja di masa depan.

Baca Juga: Pemanasan Global Meningkat Tajam, Dunia Kian Dekat pada Titik Kritis

Sebaliknya, dalam suhu nyaman 24°C, tim justru jauh lebih produktif daripada individu. Mereka bahkan dua kali lebih mungkin menambahkan fitur baru ke dalam kode program yang mereka kerjakan.

Mengapa Ini Penting untuk Indonesia?

Penemuan ini sangat relevan bagi Indonesia—negara beriklim tropis yang tengah menuju transformasi ekonomi digital. Dengan pertumbuhan pesat sektor teknologi dan layanan berbasis pengetahuan, kolaborasi tim telah menjadi bagian inti dari budaya kerja.

Namun banyak ruang kerja, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, masih belum dilengkapi dengan sistem pengendalian suhu yang memadai. Ini bisa menjadi tantangan besar bagi produktivitas dan kualitas inovasi.

"Organisasi perlu mempertimbangkan kondisi lingkungan dalam menyusun kerja tim," ujar Elizabeth Lyons, rekan penulis studi sekaligus profesor manajemen.

"Investasi dalam sistem kontrol iklim untuk ruang kerja kolaboratif dapat berdampak signifikan terhadap produktivitas," tambahnya lagi.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI