Hukum Mengucapkan Selamat Natal dari Muslim, Ini Penjelasan Para Ulama

Farah Nabilla Suara.Com
Kamis, 25 Desember 2025 | 11:48 WIB
Hukum Mengucapkan Selamat Natal dari Muslim, Ini Penjelasan Para Ulama
Ilustrasi hukum mengucapkan selamat Natal dari muslim (freepik)

Suara.com - Pembahasan tentang hukum mengucapkan selamat Natal dari Muslim kembali ramai setiap bulan Desember. Perbedaan sikap di tengah masyarakat sering memicu perdebatan.

Banyak yang mengaitkan ucapan Selamat Natal dengan toleransi, sementara sebagian lain menilainya sebagai urusan akidah yang tidak boleh dicampuradukkan.

Perbedaan sudut pandang inilah yang membuat topik ini terus relevan untuk dibahas, terutama di tengah masyarakat majemuk seperti Indonesia.

Padahal, persoalan mengucapkan Selamat Natal bukanlah isu baru dalam Islam. Para ulama telah lama membahasnya dan hasilnya memang tidak satu suara. Ada yang mengharamkan, ada pula yang membolehkan dengan batasan tertentu.

Agar tidak salah paham, penting bagi umat Islam untuk memahami bagaimana para ulama memandang persoalan ini, termasuk penjelasan tokoh-tokoh agama dan dasar dalil yang mereka gunakan.

Hukum Mengucapkan Selamat Natal

Dalam saluran YouTube Al-Bahjah TV, Buya Yahya menegaskan bahwa polemik tentang ucapan Selamat Natal sering kali muncul karena kesalahan dalam memahami makna toleransi.

Banyak orang mengira toleransi berarti ikut mengafirmasi atau membenarkan keyakinan agama lain, padahal Islam tidak mengajarkan hal tersebut.

Menurut Buya Yahya, dalam Islam ada perbedaan jelas antara hubungan sosial dan urusan akidah.

Baca Juga: Dekorasi Natal Katedral Jakarta Tampil Sederhana, Gunakan Bahan Daur Ulang dan Wastra Nusantara

Menolong tetangga non-Muslim yang sakit, lapar, atau kesusahan bukanlah bentuk toleransi, melainkan kewajiban kemanusiaan. Namun, ketika sudah masuk ke wilayah keyakinan, seorang Muslim tidak boleh dipaksa.

Buya Yahya secara tegas menyampaikan bahwa seorang Muslim tidak boleh dipaksa mengucapkan Selamat Natal, karena ucapan tersebut berkaitan dengan akidah. Ia mengatakan:

"Ucapan Selamat Natal itu masuk wilayah akidah, bukan sekadar sosial. Karena Natal berkaitan dengan keyakinan tentang Nabi Isa yang dalam Islam tidak dianggap sebagai Tuhan," ujar Buya Yahya.

Ia juga menekankan bahwa toleransi yang benar adalah tidak saling memaksa dalam urusan agama.

Sebagaimana umat Islam tidak menuntut umat Nasrani untuk mengucapkan selamat Maulid Nabi, maka umat Islam pun tidak boleh dipaksa mengucapkan Selamat Natal.

Selama umat Islam tidak mengganggu perayaan Natal dan tetap berbuat baik dalam kehidupan sosial, itulah toleransi yang sebenarnya.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI