Suara.com - Kemunculan tukang ojek di bawah PT. Gojek Indonesia mendapat beragam protes dari tukang ojek yang biasa mangkal. Gojek Indonesia merupakan perusahaan penyedia jasa layanan transportasi yang menggunakan armada ojek sepeda motor berbasis aplikasi mobile atau dikenal sebagai Gojek.
Anggota Gojek, Ahmad Bari (35), mengaku was-was setiap kali menerima penumpang atau menurunkan penumpang, terutama di kawasan Kalibata City. Pasalnya, di kawasan tersebut terdapat spanduk berisi penolakan terhadap Gojek.
"Kalau nganter, apa narik ke Kalibata City mikir dua kali. Tapi kadang ada yang berani costumer-nya lawan tukang ojek yang biasa, 'ngapin lu (tukang ojek lokal), duit-duit gua. Hak-hak gua, langsung aja bang," kata Ahmad kepada Suara.com di Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (7/7/2015).
Ahmad mengatakan sejak muncul reaksi negatif di sekitar kawasan Kalibata, dia memilih tidak lagi membawa atau menurunkan penumpang di dekat tukang ojek yang mangkal.
"Tapi kalau dari kitanya semenjak kejadian itu, kita hindari saja, cari aman saja," katanya.
"Kesepakatannya sekarang ke seberang, jangan di deket apartemen (Kalibata City). Soalnya saya juga kan nggak mau cari masalah, kita kan takut jiwa kita terancam, kalau tahu-tahu dari belakang diapa-apain, kan?" Ahmad menambahkan.
Ahmad mengungkapkan bukan cuma tukang ojek mangkal yang melarang Gojek beroperasi di sekitar Apartemen Kalibata City, petugas keamanan setempat juga meminta tukang ojek jangan masuk kawasan.
"Dia (satpam apartemen Kalibata City) ngomongnya halus: 'Pak maaf pak mendingan keluar aja, nanti saya yang di marahin'," kata Ahmad.
Beberapa waktu yang lalu, CEO PT. Gojek Indonesia Nadiem Makarim mengatakan hingga saat ini perusahaannya telah memiliki 10 ribu tukang ojek atau driver.
Hal itu disampaikan Nadiem saat peluncuran Gojek Street Smart Program Safety Riding Training bersama dengan Rifat Drive Labs di Midtown (Ex Twenty8) di Jalan Tulodong Atas 28, SCBD, Jakarta Selatan, Selasa (30/6/2015)
Ribuan driver Gojek tersebut, katanya, baru yang tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya, dan Bali.
"Aplikasi kami sudah lebih kurang lima ribu mendownload aplikasi kami," kata dia.
Dia berharap dalam peluncuran program bisa diaplikasikan para driver Gojek agar bisa lebih meningkatkan kualitas berkendara dan memberikan keamanan dan kenyamanan para pengguna aplikasi Gojek.
"Kita ingin terus meningkatkan keamanan. Kita kolaborasi bersama perusahaan Rifat Sungkar untuk menggelar safety ridding," katanya.
Nadiem mengatakan perusahaannya juga membentuk tim khusus untuk menangani gesekan-gesekan antara tukang ojek anggota Gojek dan tukang ojek lama. Gesekan kerap muncul lantaran adanya perebutan penumpang.
"Kalau benar ada tindakan kekerasan dan ancaman, kami menyediakan tim spesial satgas yang langsung turun ke lapangan untuk nangani masalah," kata Nadiem.
Satgas, kata Nadiem, akan diterjunkan untuk menangani apabila ada masalah di lapangan.
"Kita redakan tensi-tensi yang ada, kita turun ke lapangan langsung jelasin kalau Gojek bukan bermaksud untuk berkompetisi dengan mereka," katanya.
"Kalau ada tindakan fisik, kita akan langsung serahkan ke pihak yang berwajib," Nadiem menambahkan.
Nadiem mengungkapkan saat ini secara bertahap tukang ojek yang biasa mangkal bergabung dengan Gojek. Sejauh ini, di Jabodetabek, Surabaya, dan Bali, sudah ada 10 ribu driver atau tukang ojek.
"Yang media nggak tahu itu, setelah banyak tensi, ojek pangkalan ramai-ramai datang ke kita minta gabung ke Gojek. Ini satu hal yang perlu diketahui," kata Nadiem.
BERITA MENARIK LAINNYA:
Walau Dianggap Maling, Banyak Orang Mau Gabung Gojek
Banyak Dimusuhi, Begini Siasat Pengemudi Go-jek
Pengemudi Gojek Ini Simpan Foto Penumpang Cantik