Suara.com - Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie menilai keunggulan Presiden Joko Widodo di Pemilu 2019 di sejumlah survei membuktikan tingkat kepuasan masyarakat terhadap Jokowi masih tinggi.
Tingginya elektabilitas masyarakat terhadap Jokowi juga lantaran melihat kinerja dari kepemipinan Jokowi.
"(Di survei) Mengunggulkan, karena orang masih puas dengan pekerjaanya, korelasinya ke situ, kepuasaan masyarakat masih tinggi. Oleh karena itu tingkat elektabilitasnya masih tinggi. Kami melihat, orang bisa melihat pak Jokowi itu benar-benar bekerja," ujar Grace kepada Suara.com di gedung KPU, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta, Selasa (10/10/2017).
Ia juga mengakui ada lawan-lawan politik Jokowi yang menyerang isu terkait adanya hutang negara yang memang dipergunakan untuk pembangunan infrastruktur.
"Meskipun mungkin ada lawan-lawan politiknya yang menjatuhkan isu-isu seperti hutang. Padahal kita tahu peruntukan untuk infrastuktur, memang kalau proyek infrastruktur nggak bisa dilihat dalam jangka waktu pendek, memang proyek dalam jangka waktu panjang. Tapi ketika (proyek infrastruktur) sudah jadi, bisa meningkatkan ekonomi didaerah, yang tadinya tidak terhubung, sekarang jadi terhubung lalu lintas ekonomi jadi baik, barang dan jasa jadi lebih cepat," kata dia.
Maka dari itu, PSI kata Grace mendukung Jokowi maju di Pemilu 2019 agar dapat menyelesaikan proyek infrastruktur yang tengah berjalan. Grace khawatir, jika proyek infrastruktur berhenti di tengah jalan, Indonesia akan merugi.
"Jadi kalau dalam infrastrutur kan membutuhkan regulasi kepastian payung hukum juga. Jadi kalau ganti-ganti (presiden) kami khawatir jadi putus ditengah jalan dan itu kita jadi rugi masyarakat Indonesia yang akan jadi rugi. Oleh karena itu kita mendukung pak Jokowi, semoga tetap bisa kembali terpilih agar programnya jalan dan terus dilajutkan sampai selesai," ucap Grace.
Grace belum melihat calon terberat Jokowi di Pilpres 2019, pasalnya Pilpres masih hitungan dua tahun kedepan. Namun nama-nama yang terlihat baru Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo, Agus Harimurti Yudhoyono.
"Kalau disurvei nama-namanya masih Prabowo. Sekarang ini memang belum terlihat, biasanya kalau pilpres keliatan sekitar kurang dari satu tahun sebelumnya. Kalau masih dua tahun biasanya konstelasinya masih bisa berubah," kata dia.
Baca Juga: Daftar Peserta Pemilu 2019, PSI Dukung Jokowi Kembali Memimpin
"Sekarang ini masih keliatan di radar surveinya rata rata Pak Jokowi, lalu nomor 2 Prabowo, mungkin sekarang sudah dengar dari Demokrat misalnya mau mengajukan Agus, tapi rasanya kalau disurvei belum keliatan juga mas Agus. Kalau partai lain cenderung menunggu karena memang nggak ada tokoh kuat yang belum muncul," sambungnya.
Disinggung soal calon wakil presiden yang layak untuk mendampingi Jokowi, Grace belum bisa melihat siapa calon yang layak.
"Belum bisa dibilang, belum keliatan (cawapres yang layak dampingi Jokowi)," tuturnya.
Hal yang senada dikatakan Ketua DPP PSI Isyana Bagoes Oka yang menilai bahwa masyarakat masih menyukai kinerja Jokowi menjadi presiden RI.
"Kami merasa kinerja pak Jokowi selama ini memang sangat memuaskan ya itu terbukti dari survei-survei yang ada," kata Isyana.
Ia juga meyakini Jokowi akan memenangkan pertarungan pada Pilpres 2019 mendatang.
Lebih lanjut, Isyana belum bisa mengomentari calon terberat Jokowi di Pilpres 2019. Ia juga mempersilahkan Jokowi untuk menggandeng calon wakil presiden menurut pertimbangan Jokowi.
"(Calon terberat Jokowi) Kita tunggu saja nanti. Dari PSI, siapapun pesaing (Jokowi) kami tetap berada di garda terdepan. Kalau cawapres (untuk Pak Jokowi) kita akan bicarakan lagi, kami ikut Pak Jokowi, pasti Pak Jokowi punya pertimbangan," tandasnya.
Sebelumnya, hasil survei SMRC yang dilakukan 3-10 September 2017 posisi pertama masih ditempati petahana Joko Widodo 45,6 persen; Prabowo 18,7 persen; Susilo Bambang Yudhoyono 3,9 persen; dan, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri 1,9 persen.
Selanjutnya Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo 1,8 persen; Agus Harimurti Yudhoyono 1,8 persen; Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) 1,7 persen; Anies Baswedan 1,6 persen; dan, Gatot Nurmantyo 1,3 persen. Tingkat kesalahan survei ini kurang lebih 3,1 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.