“Anak keduanya, perempuan yang menikah dengan pengusaha angkutan umum (angkot), tetapi beberapa waktu lalu ditipu orang lain sehingga usahanya bangkrut sehingga membuatnya harus tinggal di kontrakan,” katanya.
Oktober lalu, Uni dipertemukan petugas dengan anak-anaknya. Dia diantarkan ke rumah anaknya. Tapi, hanya tiga hari dia tinggal bersama mereka. Setelah itu, kembali lagi ke Panti Sosial Tresna Werdha 1.
Kondisi kesehatan Uni yang jadi alasan harus didampingi di panti. Saban hari, gangguan psikotiknya harus diawasi ahlinya.
Menderita Psikotik
Sekitar 80 persen lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 menderita psikotik.
Tresna Werdha 1 memberikan perawatan rutin kepada mereka. Tiap Rabu pada minggu pertama setiap bulan, para lansia dibawa ke Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit, Jakarta Timur, untuk diperiksa dan mendapatkan perawatan.
Kondisi Uni pelan-pelan membaik. Lingkungan panti yang tenang dan memiliki banyak teman cocok buatnya.
“Jadi untuk sementara, karena keterbatasan tempat dari keluarganya dan kondisi Uni Azizah mengalami psikotik (gangguan jiwa). Kalau dikembalikan ke keluarga, malah ada kecenderungan kambuh lagi. Kalau di sini kan komunitasnya lansia (lanjut usia) dan Mak Sumartin dekatnya sama Uni Azizah. Awalnya galak, lama-lama baik, nurut,” tutur Aas.
Hobi lama Uni pun muncul lagi. Dia sangat senang merajut.
Petugas mengakui kemampuan Uni. Dia cekatan sekali. Syal dan taplak televisi itu buktinya.
“Sekarang sudah bisa merajut syal dan cover TV,” kata Aas.
Merajut syal cukup dibutuhkan waktu tiga sampai tujuh hari. Untuk membuat penutup televisi yang ukurannya lebih besar bisa dikerjakan sampai dua minggu.
Hasil rajutannya disimpan baik-baik oleh petugas dan akan dijual ke donator. Hasilnya tentu saja diberikan kepada Uni. (Handita Fajaresta)