Laki-laki lulusan Akademi Sekretari Manajeman Indonesia (ASMI) itu menjelaskan, anak-anak di kelas PAUD mengikuti waktu pembelajaran selama 2 jam. Mereka mendapatkan pendampingan bagaimana mengekspresikan diri, mengenal lingkungan hingga belajar baca, tulis, dan hitung (calistung).
“Kita lebih membangun karakter mereka untuk berani tampil dalam mengekspresikan diri. Tidak lebih dari dua jam, mereka bermain sambil belajar. Karena bermainnya anak itu juga bagian dari belajar,” imbuhnya.

Berkenaan dengan itu, Agus mengatakan bagi anak-anak yang telah lulus dari PAUD SAAJA nantinya akan diberikan sertifikat. Awalnya, Agus mengatakan banyak sekolah-sekolah tingkat sekolah dasar (SD) yang meragukan bahkan menolak anak-anak lulusan dari PAUD SAAJA. Namun, kekinian justru sekolah-sekolah tersebut mengakui kalau anak PAUD lulusan SAAJA justru dinilai cenderung lebih siap secara mental dan akademis daripada PAUD lainnya.
“Awalnya banyak yang menolak dan ragu. Tapi sekarang mereka malah mengakui kalau anak-anak dari SAAJA justru dinilai lebih berprestasi. Itu yang menurut saya jadi kebahagiaan yang tak ternilai harganya,” ucap Agus.
Cerita Cindy
Sementara itu, Agus mengatakan untuk tenaga pengajar sendiri, PAUD SAAJA memilik empat tenaga pengajar tetap. Di samping itu, juga ada tenaga pengajar dari relawan-relawan, salah satunya Cindy (21).
Cindy mengaku sudah satu tahun belakangan ini menjadi relawan pengajar di PAUD SAAJA. Awalnya, mahasiswi Psikologi Atma Jaya itu menuturkan hendak melakukan tugas kuliahnya untuk mengobservasi PAUD SAAJA. Namun setelah terjun langusung dan menyaksikan bagaimana kondisi di PAUD SAAJA dirinya tertarik untuk menjadi relawan tenaga pengajar.
Warga Grogol, Jakarta Barat itu mengatakan sempat terkejut tatkala kali pertama mengetahui adanya PAUD SAAJA dengan bangunan gubuk di tengah-tengah pusat kota. Pasalnya, sejauh ini dirinya mengenal kota Jakarta Selatan identik dengan pusat perkantoran, bisnis dan wilayah yang dihunin oleh kalangan menengah ke atas.

Cindy mengatakan menjadi pengajar di PAUD tidak lah mudah. Banyak tantangan yang dihadapinya untuk bisa lebih memahmai karakter anak-anak tersebut. Terlebih, Cindy mengatakan hal itu menjadi pengalaman pertamanya mengajar anak di usia 4-6 tahun.
Baca Juga: Efek Jera, Belasan Anak Jalanan Digunduli Satpol PP
Kecintaan Cindy pada anak-anak menjadi alasannya dirinya selama setahun ini menjadi relawan tenaga pengajar di PAUD SAAJA. Selain itu, melihat semangat dan antusiame para siswa PAUD SAAJA turut menjadi bekal bagi dirinya untuk terus membantu sebagai tenaga pengajar. Cindy menilai semua anak-anak berhak mendapatkan pendidikan dengan latar belakang ekonomi apapun.
“Mereka memang harus mendapatkan pendidikan usia dini, mau latar belakang keluarga atau ekonomi apapun, mereka harus dapat pendidikan,” tutur Cindy.