"Dusun Pojok, Desa Sogo, Balerejo, yang berbatasan dengan Ngawi, pada Kamis malam terpantau air naik di sana. Tapi desa lainnya sudah surut semua," ujar Bupati Dawami.
Karena air telah berangsur surut, sejumlah warga yang sebelumnya bertahan di posko bencana, baik yang berada di tiap desa ataupun kecamatan, terpantau pulang ke rumah masing-masing. Demikian juga warga yang mengungsi ke rumah saudara ataupun tetangga yang tidak terdampak banjir. Kebanyakan semua telah kembali untuk membersihkan rumah pascabanjir surut.
Bupati menjelaskan, setelah fokus pada penanganan warga terdampak banjir guna menghindari korban jiwa pada dua hari terakhir, selanjutnya, selama 14 hari status tanggap darurat, akan dilakukan penanganan pascabanjir.
Penanganan pascabanjir dari sisi kesehatan yang paling penting dan maksimal. Ia menginstruksikan kebutuan kesehatan dan air bersih akan ditangani langsung oleh pemerintah kabupaten. Hal itu dipenuhi selama masa tanggap darurat bencana berlangsung.
Sementara, kondisi yang sama terpantau untuk banjir yang melanda di Kabupaten Ngawi. Warga yang semalam bertahan di posko pengungsian, telah pulang untuk melakukan aktivitas bersih-bersih rumah.
"Air sudah surut, hanya tinggal genangan di area sawah yang lebih rendah dari jalan dan rumah," kata warga Desa Waruk Tengah, Kecamatan Pangkur, Sadaryanto.
Data BPBD Jawa Timur mencatat, selama beberapa hari terakhir, bencana banjir telah menerjang 15 kota/kabupaten di Jatim. Daerah yang paling parah terlanda banjir adalah Kabupaten Madiun akibat meluapnya sungai Jeroan yang merupakan anak sungai Bengawan Madiun
Sebanyak 39 desa, delapan kecamatan di kabupaten setempat terendam banjir sehingga menyebabkan 4.317 KK atau 17.268 jiwa terdampak banjir, dua unit rumah rusak berat, 253 hektare sawah tergenang , tiga titik tanggul rusak, dua unit jembatan rusak, satu unit gorong-gorong rusak dan ribuan ternak terdampak.
Sedangkan di Ngawi, banjir terjadi akibat meluapnya Sungai Bengawan Madiun yang merendam rumah warga sebanyak 4.490 KK di 18 desa di enam kecamatan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 12.495 kepala keluarga terdampak banjir yang terjadi di 15 kabupaten di Jawa Timur.
Baca Juga: Petani Madiun Rugi Rp 7 Miliar karena Banjir Rendam 497 Hektare Sawah
"Data sementara, banjir menyebabkan lebih dari 12.495 KK terdampak dan sebagian masyarakat mengungsi ke tempat yang lebih aman," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho pada siaran pers yang diterima Antara di Surabaya, Kamis malam.
Berdasarkan laporan Pusdalops BPBD Jatim, kata dia, 15 kabupaten yang dilanda banjir adalah Kabupaten Madiun, Nganjuk, Ngawi, Magetan, Sidoarjo, Kediri, Bojonegoro, Tuban, Probolinggo, Gresik, Pacitan, Tranggalek, Ponorogo, Lamongan, dan Blitar.
"Daerah yang paling parah terlanda banjir adalah Kabupaten Madiun, akibat meluapnya Sungai Jeroan yang merupakan anak sungai Madiun," ucapnya.
Ia merinci, sebanyak 39 desa yang tersebar di delapan kecamatan di Madiun terendam banjir, sehingga menyebabkan 4.317 KK atau 17.268 jiwa terdampak banjir, dua unit rumah rusak berat, 253 hektare sawah tergenang , tiga titik tanggul rusak, dua unit jembatan rusak, satu unit gorong-gorong rusak, dan ribuan ternak terdampak.
Banjir dengan ketinggian 50-100 centimeter, kata Sutopo, terjadi di Kabupaten Ngawi akibat meluapnya Sungai Bengawan Madiun yang merendam rumah warga sebanyak 4.490 KK di 18 desa di enam kecamatan.
Lalu, banjir di Kabupaten Nganjuk disebabkan luapan air Sungai Kuncir di Desa Sonopatik Berbek, sehingga merendam jalan raya dan permukiman warga di delapan dusun, tiga kelurahan, 12 desa, enam kecamatan dengan ketinggian 10-100 centimeter.