Suara.com - Erlinda, mantan anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia, menilai tidak ada eksploitasi anak dalam audisi PB Djarum.
Karenanya, Erlinda mengatakan polemik beasiswa audisi PB Djarum harus disikapi secara bijaksana, yakni melihat dari dua sisi.
"Satu sisi betul di situ adalah rokok, tapi di lain sisi, ini adalah pembibitan terhadap anak bangsa," ujar Erlinda seusai bertemu Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (9/9/2019).
Ia menuturkan, kedatangannya menghadap Moeldoko adalah untuk memberikan pendapat mengenai polemik audisi PB Djarum.
Kepada Moeldoko, Erlinda menegaskan tidak ada eksploitasi pada audisi PB Djarum. Ia justru mempertanyakan indikator yang dipakai untuk menunjuk PB Djarum mengeksploitasi anak.
"Saya katakan secara jelas, tidak ada eksploitasi anak. Kalaupun KPAI mengatakan logo Djarum pada baju anak-anak itu sebagai ekspolitasi terhadap anak, ya eksploitasi seperti apa?" tutur dia.
Erlinda mengklaim, dalam pertemuan dengan dirinya, Moeldoko berharap KPAI bisa bijaksana dan tidak melihat audisi PB Djarum melalui ”kaca mata kuda”.
"Pak Moeldoko meminta KPAI harus lebih bijaksana, harus melihat ini secara komprehensif. KPAI tidak boleh melihatnya dengan kaca mata kuda. Artinya, segera berdamai, siapa pun yang menjadi mediatornya,” kata dia.
Untuk diketahui, PB Djarum memutuskan menghentikan audisi umum pencarian bakat pemain bulu tangkis pada 2020 atau tahun depan.
Baca Juga: KPAI: Kami Tak Ingin Hentikan Audisi PB Djarum
Diduga, keputusan itu sebagai buntut tudingan KPAI bahwa PB Djarum mengeksploitasi anak lewat program pencarian bakat.
Penggunaan brand Djarum pada kaos masing-masing peserta audisi, dianggap KPAI sebagai sarana iklan terselubung produk rokok.