Mau Dievakuasi via Laut, Kegusaran WNI di Kapal Diamond Princess

Reza Gunadha Suara.Com
Senin, 24 Februari 2020 | 07:10 WIB
Mau Dievakuasi via Laut, Kegusaran WNI di Kapal Diamond Princess
Petugas kesehatan di Jepang memindahkan penumpang yang positif terjangkit virus corona dari kapal pesiar Diamond Princess ke rumah sakit untuk dirawat. (Foto: AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Bayangkan, kami di sini bakal dikarantina 14 hari, kalau misalnya bakal dijemput pakai kapal, berarti nanti [bertambah] 14 hari lagi," kata Sasa.

"Memang [dipulangkan dengan kapal] belum pasti juga sih, tapi [kami] hampir putus harapan untuk dipulangkan lebih awal."

Cek kesehatan masih berlangsung

Sementara itu, pemeriksaan kesehatan terhadap awak kapal sudah mulai dilakukan secara bertahap sejak hari Kamis (20/02).

"Kemarin sore sebagian sudah mulai dicek kesehatannya. Saya baru dapat giliran siang ini," Sasa menjelaskan.

"Di tesnya di tenggorokan, seperti cotton bud yang besar, dimasukkan ke tenggorokan," jelasnya.

"Kemudian diambil air liur dan lendir di tenggorokan."

Meski begitu, ia tetap bekerja seperti biasa, dengan lebih dari 10 jam sehari, karena sebagian besar penumpang baru pulang hari Jumat (21/02).

"Sasa masih bekerja seperti biasa ... setelah ini, kembali lagi kerja."

Baca Juga: Setelah Diamond Princess, Kapal Pesiar World Dream Juga Diintai Covid-19?

Sementara itu, dua penumpang asal Australia yang baru saja dipulangkan dari kapal Diamond Princess terkonfirmasi positif terjangkit virus corona setelah dites.

Warga Australia lainnya, Trevor Overton, yang juga baru dievakuasi dari kapal pesiar dan sedang dikarantina, mengaku tidak kaget mendengar kabar penumpang yang terinfeksi corona.

"Ketika kami berada di kapal, kami melihat banyak penumpang yang tidak mengikuti instruksi, misalnya, tidak mengenakan masker dan merokok. Sangat sulit untuk mengendalikan atau memantau 3.800 orang di atas kapal."

Meski status karantina di kapal pesiar diberlakukan dua minggu sejak 4 Februari lalu, jumlah orang yang didiagnosa virus corona bertambah.

Profesor Satoshi Hori dari Pengawasan Infeksi di Universitas Juntendo, Tokyo mengatakan adanya kasus-kasus baru tidak menandakan proses karantina telah gagal.

"Saya yakin tes hanya dilakukan bertahap, karenanya kasus-kasus baru dilaporkan," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI