Selain menangani pasien, kenyataannya dokter masih harus menghadiri undangan rapat dari pemerintah daerah seperti dinas kesehatan, Walikota, dan dinas pendidikan. Urusan ini semakin memperberat tugas dokter sehingga tenaganya terkuras habis-habisan.
Riki meminta agar pemerintah tidak merecoki tugas dokter dengan urusan rapat. Jika membutuhkan keterangan, tinggal melakukan video call atau semacamnya. Ia juga meminta agar pemerintah mau melihat kondisi RS dan memberikan suntikan semangat secara langsung kepada tenaga medis.
"Tidak perlulah dokter diminta rapat berjam-jam. Gunakanlah kepekaan Bapak dan Ibu pemimpin di daerah untuk sesekali melihat kondisi RS," ujarnya.
3. Memastikan ketersediaan APD.
Riki juga meminta agar pemerintah bertanggungjawab memenuhi ketersediaan APD bagi para petugas medis. Menurutnya, jika pemerintah telah merilis sejumlah RS rujukan corona maka harus bersedia menyediakan kelengkapan APD sesuai kebutuhan.
"Jika pemerintah telah merilis 132 RS rujukan, menambah 109 RS TNI, 53 RS Polri, dan 65 RS BUMN maka sebagai implikasinya secara fair Bapak pun harus dapat menyediakan dan memastikan ketersediaan APD," tulis Riki.
Riki mengambil contoh RSD Gunung Jati Cirebon, tempat ia dirawat yang telah menerima bantuan 100 APD. Jumlah itu pun tidak cukup karena setiap harinya jumlah pasien corona semakin bertambah.
Surat terbuka yang ia rilis di media sosial itu berhasil memperoleh perhatian publik. Banyak tokoh yang merespon suratnya, salah satunya adalah Belva Devara, CEO Ruangguru dan staf khusus kepresidenan.
"Baik, insya Allah saya sampaikan. Semoga cepat pulih. Mas saya DM ya," tulisnya via Twitter @AdamasBelva.
Baca Juga: Siswa Muslim 13 Tahun Jadi Korban Tewas Termuda Akibat Corona di Inggris