"Ritmenya sangat sempurna dan memabukkan, dan pilihan nada-nya sangat lucu dan berani. Dia menulis lagu yang bagus dan tidak membuat Anda bosan dengan berjam-jam hal yang membosankan. Itu selalu rock 'n roll. Dia memiliki kesombongan dan ritme sempurna yang menggerakkan setiap lagunya," kata Joe Satriani.
"Pendeknya, dia meletakkan banyak sekali kegembiraan pada setiap not-not yang dimainkan."
Dewa Gitar yang Tak Paham Notasi Musik
Meski permainan gitarnya kerap memukau para pecinta musik hard rock, Eddie, kepada Rolling Stone pada 1980, mengungkapkan fakta yang cukup mengejutkan.
Siapa sangka musisi revolusioner yang kerap dijuluki "Mozart of rock guitar" itu nyatanya tak fasih membaca notasi musik.
“Saya tidak tahu apa-apa tentang tangga nada atau teori musik,” kata Eddie dikutip dari Rolling Stone, Rabu (7/10/2020).
"Saya tidak ingin terlihat sebagai gitaris tercepat di kota, siap dan bersedia untuk menjatuhkan persaingan."
"Yang saya tahu adalah, gitar rock 'n roll, seperti blues, harus melodi, kecepatan, dan rasa, tapi yang paling penting adalah emosinya," beber Eddie.
Menurut Eddie, dia hanya ingin bermain gitar untuk membuat orang-orang merasakan emosi, entah bahagia, sedih, bahkan terangsang.
Baca Juga: Berduka untuk Eddie Van Halen, Anggun: He Was My Guitar Hero
Hall of Fame
Sejak mendirikan Van Halen pada 1972 bersama sang kakak, Alex Van Halen, grup band asal Pasadena, California itu mengalami pasang surut dan konflik internal.
Tercatat, Van Halen tiga kali mengganti vokalis, dari David Lee Roth ke Sammy Hagar, hingga Gary Cherone.
Nama terakhir juga pada akhirnya keluar dari band dan memaksa Van Halen hiatus dari industri musik ketika turnya pada 1998 tak diterima pasar.
Namun, di tengah dinamika yang terjadi, nama Eddie Van Halen tetap ada. Dia bagaikan jantung dari band itu sendiri.
Terbukti setelah vakum cukup lama, Van Halen kembali mewarnai dunia musik hard rock pada 2004 dengan kembali menggandeng Hagar sebagai vokalis di tur reuni.