Orang tua seorang siswa telah mengajukan pengaduan terhadap guru tersebut, kata pejabat polisi lainnya, menambahkan bahwa tersangka tidak memiliki anak di sekolah tersebut.
Identitas tersangka tidak dipublikasikan.
Media Prancis melaporkan bahwa tersangka adalah seorang Chechnya berusia 18 tahun, lahir di Moskow. Informasi tersebut juga belum bisa dikonfirmasi.
Kedua polisi tersebut tidak dapat disebutkan namanya karena mereka tidak berwenang untuk membahas penyelidikan yang sedang berlangsung.
Ini merupakan serangan kedua kalinya terkait terorisme sejak pembukaan persidangan kasus pembantaian di kantor surat kabar Charlie Hebdo pada Januari 2015.
Saat persidangan dibuka, koran tersebut menerbitkan kembali karikatur Nabi Muhammad untuk menggarisbawahi hak kebebasan berekspresi.
Tepat tiga minggu lalu, seorang pemuda dari Pakistan ditangkap setelah menusuk dua orang yang mengakibatkan luka. Insiden tersebut terjadi di luar bekas kantor surat kabar Charlie Hebdo.
Pelaku penusukan yang diidentifikasikan berusia 18 tahun mengatakan kepada polisi bahwa dia kesal setelah majalah tersebut menerbitkan ulang karikatur Nabi Muhammad.
Serangan tersebut juga terjadi ketika Presiden Macron mengusulkan undang-undang baru yang menentang apa yang disebutnya "separatisme" domestik, terutama oleh kelompok radikal Islam yang dituduh mengindoktrinasi orang-orang yang rentan melalui home schooling, dakwah ekstremis, dan kegiatan lainnya.
Baca Juga: Waduh, Kasus Covid-19 di Prancis Tembus 30 Ribu Dalam Sehari
Prancis memiliki populasi Muslim terbesar di Eropa Barat dengan hingga 5 juta anggota, dan Islam adalah agama nomor dua di negara itu.