Suara.com - Polisi Myanmar menggunakan meriam air untuk membubarkan demonstran yang masih terus melakukan aksi protes kedeta militer hingga Senin (8/2).
Menyadur Channel News Asia, Selasa (9/2/2021) polisi Myanmar pada Senin (8/2) memperingatkan pengunjuk rasa untuk membubarkan diri.
Puluhan ribu orang bergabung dalam aksi demonstrasi selama tiga hari di kota-kota besar Myanmar untuk mengecam militer atas kudeta yang dilakukan.
Di ibu kota Naypyidaw, tiga barisan polisi dengan perlengkapan anti huru hara terlihat di seberang jalan ketika para pengunjuk rasa meneriakkan slogan anti-kudeta dan mengatakan kepada polisi bahwa mereka harus melayani rakyat, bukan militer.
Sebelumnya, polisi di Naypyidaw sempat menggunakan meriam air untuk membubarkan demonstran.
"Polisi menggunakan meriam air untuk membersihkan (jalan)," kata warga Naypyidaw Kyaw Kyaw, yang bergabung dalam protes tersebut, kepada AFP.
Seorang fotografer AFP juga menyaksikan insiden itu,
pertama kali sejak aksi protes dimulai pada hari Sabtu (6/2).
Video yang beredar di media sosial menunjukkan beberapa pengunjuk rasa tampaknya terluka ketika mereka terlempar ke tanah.
Polisi terlihat berhenti menggunakan meriam air setelah pengunjuk rasa mengajukan banding kepada mereka, tetapi demonstrasi terus berlanjut.
Baca Juga: Senam Aerobik saat Kudeta Militer Myanmar, Kebetulan Atau Sengaja?
TV pemerintah Myanmar kemudian memperingatkan bahwa "tindakan" harus diambil terhadap pengunjuk rasa yang melanggar hukum.