Dia menjadi kritikus yang semakin vokal terhadap kepemimpinan Soviet.
Mendapat Hadiah Nobel Perdamaian
Pada tahun 1968, esainya "Reflections on Progress, Peaceful Coexistence", dan "Intellectual Freedom" di kemudian hari dikenal sebagai Manifesto Sakharov.
Sejak saat itu, ia dan istrinya, Yelena Bronner, semakin terlibat dalam kampanye hak asasi manusia, khususnya untuk para tahanan politik.
Pasangan itu segera menjadi perhatian media internasional. Andrei Sakharov dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1975, namun dia tidak diizinkan meninggalkan Uni Soviet untuk menerimanya secara langsung.
Media Soviet mengecam sikap Sakharov dan rekan-rekannya yang disebut telah mencemarkan nama Uni Soviet.
Setelah mengeritik invasi Soviet ke Afghanistan pada 1980, dia ditangkap dan dilucuti gelarnya lalu diasingkan ke Gorky, sekarang Nizhniy Novgorod.
Namun pada Desember 1986, pemimpin baru Soviet Mikhail Gorbachev meneleponnya secara pribadi untuk mengakhiri pengasingannya.
Dia dibolehkan kembali ke Moskow dan menjadi salah satu tokoh reformasi. Andrei Sakharov membantu menyusun konstitusi baru setelah terpilih menjadi anggota parlemen pada tahun 1989.
Baca Juga: Rusia Rilis Rekaman Rahasia Tsar Bomba, Bom Nuklir Terkuat dalam Sejarah
Dia meninggal 14 Desember 1989 karena serangan jantung. Penghargaan Sakharov Parlemen Eropa Parlemen Eropa pada 1988 menetapkan Penghargaan Sakharov untuk Kebebasan Berpikir yang diberikan setiap tahun untuk menghormati aktivis dan fisikawan Soviet itu.