Selain itu, masyarakat internasional mengalihkan lebih banyak waktu dan energi untuk Etiopia, kata analis politik Boboya James dari Institut Kebijakan dan Penelitian Sosial yang berbasis di Juba, Sudan Selatan.
"Biasanya masyarakat internasional mendesak pemerintah Sudan Selatan untuk sepenuhnya menerapkan perjanjian damai, tetapi sekarang tampaknya perhatian mereka telah dialihkan untuk menyelesaikan konflik di Etiopia," kata James kepada DW.
"Anda dapat melihat Amerika sekarang menghabiskan banyak waktu untuk meminta dua faksi di Etiopia untuk berdialog dan mewujudkan perdamaian," lanjutnya.
James khawatir bahwa proses perdamaian Sudan Selatan bisa menjadi lebih sulit dipahami saat perang Etiopia semakin berlarut-larut.
Ketidakpastian untuk masyarakat Sudan Selatan di Etiopia Ratusan ribu orang yang melarikan diri dari perang Sudan Selatan telah mengungsi ke wilayah Gambela di Etiopia di perbatasan barat Sudan dengan Etiopia.
Penduduk lokal yang tinggal di kedua sisi perbatasan memiliki afinitas budaya yang besar dan ada arus barang yang cepat melintasi perbatasan di sana, terutama dari Etiopia ke Sudan Selatan.
"Mayoritas orang Sudan Selatan di perbatasan mendapatkan makanan dari Etiopia," kata James.
Jadi jika perang Etiopia berlanjut, "itu pasti akan membawa destabilisasi ekonomi ke perbatasan antara Sudan Selatan dan Etiopia," katanya.
Upaya diplomatik
Baca Juga: Pasukan Tigray Kuasai Wilayah, Pemerintah Ethiopia Serukan Rakyat Angkat Senjata
Presiden Uganda Yoweri Museveni mengadakan pertemuan puncak luar biasa dari Otoritas Antarpemerintah untuk Pembangunan, yang dikenal sebagai IGAD, di Kampala pada 16 November mendatang.