Karena, kata dia, seharusnya Pemilu kedepan, semakin hari semakin memudahkan untuk semua, terutama untuk pemilih.
"Tentu kita berharap Pemilu ini menjadi terbuka, gitu ya untuk menggunakan perkembangan teknologi, terutama TI, ada proses digitalisasi, kemudian ada elektronisasi di berbagai tahap. Walaupun saya termasuk orang yang skeptis terhadap voting. Karena beberapa negara itu sudah mulai terkoreksi rawan manipulatif dan seterusnya karena ada hacker," tutur Ahmad Doli.
Kriteria kelima yakni calon anggota KPU dan Bawaslu harus orang yang mempunyai mental dan fisik yang kuat.
Ahmad Doli mengatakan, berdasarkan pengalaman Pemilu di 2019, sebanyak 800 petugas Pemilu yang meninggal karena masalah kesehatan yang tidak menjadi perhatian utama. Terlebih kata dia, kerja KPU nantinya akan semakin berat.
"Ini berlaku bukan hanya KPU RI saja tetapi juga sampai ke tingkat bawah, orang-orang yang mempunyai mental dan fisik yang kuat. Jadi dengan beban kerja yang besar itu itu harus ditopang oleh kekuatan fisik. Jadi riwayat kesehatan mungkin juga dipertimbngkan, faktor usia dan seterusnya. Menurut saya ini menjadi penting," kata dia.
Lebih lanjut, Ahmad Doli mengharapkan fit and proper test calon anggota KPU dan Bawaslu pada 14-16 Februari 2022 digelar secara terbuka. Sehingga masyarakat dapat melihat secara langsung prosesnya.
"Kita berharap nanti besok 14 sampai 16 kita melakukan fit and proper test secara terbuka. Masyarakat bisa melihat secara langsung. Mudah-mudahan dapat menghasilkan yang terbaik sesuai dengan harapan-harapan kita semua yang nanti akan bisa membuat kalau lembaga penyelenggaraannya berkualitas. Insya Allah bisa memulai Pemilu yang berkualitas," pungkas Ahmad Doli.