Petinggi UE, Borrell juga dengan tegas berbicara mendukung NATO. "Izinkan saya menekankan, upaya ini sama sekali tidak bertentangan dengan komitmen Eropa kepada NATO, yang tetap menjadi jantung pertahanan teritorial kami," kata Borrell.
Pasukan respons cepat di bawah kepemimpinan Jerman Uni Eropa akan membentuk pasukan gerak cepat berkekuatan 5.000 tentara, yang disiapkan untuk aktif tahun 2025.
Jerman sudah setuju untuk menyediakan pasukan inti untuk 12 bulan pertama.
Rencana penempatan itu meminta pasukan dari beberapa negara UE untuk dirotasi, yang berarti mereka tidak akan ditempatkan sebagai satu unit di satu lokasi.
"Bagi saya, terus terang, itu pemikiran yang terlalu pendek. Jerman maju dan berkata, halo, saya akan melakukan ini selama setahun. Bukan itu yang dibutuhkan," kata Michael Gahler.
Sebaliknya, dia mengatakan yang dibutuhkan adalah unit permanen 5.000 tentara yang melakukan latihan militer bersama, ditempatkan secara permanen dan dapat dikerahkan sebagai kekuatan pertahanan bersama.
Mengambil contoh dari Bosnia
Pakar kebijakan luar negeri, Gahler, mencontohkan operasi independen oleh Uni Eropa. Misalnya di Bosnia-Herzegovina.
Jika pemimpin Serbia Bosnia yang pro-Rusia, Milorad Dodik, ingin meninggalkan negara Bosnia-Herzegovina dan menyempal dengan "Republik Serbia"-nya, UE dapat melakukan intervensi.
Baca Juga: Negara Uni Eropa Bingung Cari Alternatif Energi Dampak Sanksi Terhadap Rusia
NATO mungkin tidak bisa, katanya, karena Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan punya ide lain untuk masa depan negara Bosnia-Herzegovina.
"Saat Mr. Erdogan mengatakan tidak, sumber daya NATO diblokir ... diblokir karena semua keputusan harus bulat. Tapi kami masih harus bisa bertindak jika kami pikir itu perlu," kata Gahler kepada DW.
Contoh lainnya Mali Contoh kedua dapat melibatkan evakuasi pasukan atau warga Eropa.
Di Afghanistan, penarikan barat yang tergesa-gesa musim panas lalu, menunjukkan penarikan itu tidak akan berhasil tanpa AS, dan bahwa UE jelas tidak dapat bertindak sendiri.
"Sampai batas tertentu, hal seperti ini mungkin membayangi ketika kami menarik pasukan dari Mali. Di sana, tidak seperti Afghanistan, kami tidak memiliki pekerja bantuan Amerika. Jadi, penting bagi kami untuk menciptakan peluang kami sendiri," kata Gahler.
Misi UE dan Prancis saat ini dikerahkan melawan milisi teroris di Mali, negara di Afrika Barat bekas jajahan Prancis.