Kisah Pilu Bocah Somalia, Menyamar Jadi Siswa Sekolah Demi Sebungkus Makanan

Bangun Santoso Suara.Com
Selasa, 21 Juni 2022 | 09:07 WIB
Kisah Pilu Bocah Somalia, Menyamar Jadi Siswa Sekolah Demi Sebungkus Makanan
Anak-anak kelaparan di Somalia. (Shutterstock)

Di Dollow, tentara berpatroli di jalan-jalan dan menjaga ketertiban.

SD Kabasa didirikan untuk membantu banyak keluarga yang mengungsi selama bencana kelaparan pada 2011.

Jumlah mereka bertambah lagi selama kekeringan pada 2016-2017, ketika intervensi kemanusiaan dilakukan lebih awal sehingga angka kematian tetap rendah.

Sekitar seperlima jumlah siswa umumnya meninggalkan sekolah selama masa-masa sulit dan tak pernah kembali lagi, kata Rania Degesh, wakil direktur Afrika Timur dan Selatan di Dana Anak-Anak PBB (UNICEF).

"Saat Anda mencabut anak-anak (dari sekolah), Anda membuat mereka terpapar ancaman luar biasa: eksploitasi, kekerasan gender, pernikahan dini, rekrutmen, pengabaian," kata Degesh.

Program pemberian makan membujuk mereka agar tetap bersekolah.

Sekolah di Somalia menerima 0,41 dolar AS (Rp 6.000) per anak untuk dua kali makan sehari, kata Program Pangan Dunia PBB.

Namun, menyusutnya anggaran memangkas program yang telah membantu 110 ribu anak-anak Somalia itu.

Sekolah telah memasuki masa libur dua bulan. Ketika anak-anak masuk sekolah pada Agustus tidak akan ada lagi dana untuk memberi makan.

Baca Juga: Dijuluki "Negeri Bajak Laut", Inilah 5 Fakta Tentang Negara Somalia!

Para guru di SD Kabasa mengatakan Bashir dan kawan-kawannya termasuk dari sedikitnya 50 anak tak terdaftar yang muncul setiap hari untuk mendapatkan makanan.

Kadang para guru mengusir mereka, kadang menawari makanan sisa, dan tak jarang menutup mata atas perilaku mereka.

"Jika mereka ikut makan, maka tak cukup buat para siswa," kata kepala sekolah Kasaba, Abdikarim Dahir Ga'al, saat memperhatikan kawanan Bashir menyelinap ke halaman sekolah.

Ga'al pura-pura tidak memperhatikan. Hari itu adalah hari terakhir sekolah.

"Saya seorang guru," katanya. "Tetapi saya juga orang tua."

Di luar, Bashir bergegas bersama rombongan terakhir siswa yang menerima makanan. Dia muncul membawa sepiring kacang dan jagung tumbuk. Seringainya lebar dan kepalanya terangkat.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI