Faktor lainnya adalah suhu udara di Somalia yang meningkat rata-rata 1,7 derajat Celcius dari level pra-Revolusi Industri, lebih tinggi daripada rata-rata global yang mencapai 1,2 derajat, kata Babiker.
Udara kering membuat tanah dan tanaman lebih cepat menguap.
Tanduk Afrika telah mengalami bencana iklim lain dalam beberapa tahun terakhir –banjir yang merusak, jumlah topan yang mencetak rekor, dan munculnya kawanan belalang– sehingga wilayah itu banyak dilanda krisis, kata dia.
"Tak ada waktu untuk memulihkan diri," kata Babiker.
Biaya Hidup Melonjak
![Potret seorang anak lemas karena kelaparan. Unicef merilis data 1,4 miliar anak-anak di Somalia, Nigeria, Sudan selatan, dan Yaman, terancam tewas karena kekurangan bahan pangan. [Rusia Today]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2017/03/05/96771-warga-tewas-kelaparan-somalia.jpg)
Bangsal anak-anak di rumah sakit Dollow penuh dengan pasien yang lemah, begitu pula bangsal bersalin dan rawat jalan.
Anak-anak itu mengalami kurang gizi yang parah, beberapa di antaranya terkena penyakit infeksi serius seperti campak.
Di sekolah tempat Bashir mencari makan, Suleko Mohammed (10) mengatakan dalam enam minggu dia kehilangan tiga saudara kandungnya akibat campak: dua adik laki-lakinya yang berusia 2 dan 3 tahun, serta satu kakak perempuannya yang biasa membantunya mengerjakan PR.
Mereka kini tinggal di bawah tumpukan puing dan cabang pohon berduri di sebuah pemakaman dekat taman bermain.
Baca Juga: Dijuluki "Negeri Bajak Laut", Inilah 5 Fakta Tentang Negara Somalia!
Saat dia berbicara di sela-sela pelajaran sekolahnya, beberapa warga yang berduka sedang menggali sebuah lubang kuburan kecil.