Keluarga Rodrigo Ventocilla mengatakan mereka tidak tahu penyebab kematiannya, tetapi mengatakan bahwa Rodrigo tidak diberi akses ke pembelaan hukum dan informasi.
Selain membantah adanya kasus kekerasan pada kantor berita Reuters, kepada Hellena Souisa dari ABC Indonesia Kombes Stefanus Satake Bayu Setianto juga membantah sejumlah tuduhan terhadap polisi terkait kasus kematian Rodrigo.
"
“Tidak benar terkait hal itu dan tidak ada polisi meminta uang,” ujarnya.
"
“Waktu proses awal penyidikan, [Rodrigo] sudah didampingi oleh pengacara yang ditunjuk oleh Polri, karena setiap tersangka harus didampingi oleh pengacara, yaitu saudara Edward dan kawan-kawan,” tambah Kombes Stefanus Setianto.
“Pasangannya, yaitu Sebastian, diizinkan untuk mendampingi atau menemani tersangka dalam menjalani proses awal penyidikan.”
Mahasiswa dan fakultas di Harvard Kennedy School, tempat Rodrigo Ventocilla belajar, menggaungkan seruan keluarga untuk penyelidikan lebih dalam, seperti yang dilaporkan surat kabar Harvard Crimson.
Menurut Harvard Crimson, Rodrigo Ventocilla adalah salah satu pendiri organisasi hak-hak trans Peru Diversidades Trans Masculinas dan sedang mengejar gelar master dalam administrasi publik.
Baca Juga: Viral Mahasiswa Ngaku Dirinya Non Biner, Apa Bedanya dengan Transgender dan Interseks?
Kementerian Luar Negeri Peru mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Rabu bahwa pihaknya telah meminta pihak berwenang Indonesia untuk secara ketat mengikuti "hak asasi kedua warga negaranya" tetapi menambahkan bahwa penahanan asli "tidak sesuai dengan tindakan diskriminasi rasial atau transfobia.”