Nurdin kemhdian menjadi public enemy pencinta sepak bola Indonesia, karena di saat bersamaan prestasi Timnas Indonesia dalam berbagai event internasional terpuruk.
3. Djohar Arifin Husin
Djogar Arifin Husin resmi menjadi Ketua Umum PSSI pada Kongres Luar Biasa PSSI di Solo pada 2011 silam. Dengan mengusung gerakan reformasi sepak bola Indonesia, pada awal kepemimpinan Djohar sebagai ketua PSSI secara kontroversi ia merombak format kompetisi profesional. Kompetisi kasta tertinggi Indonesia Super League (ISL) cetusan PT Liga Indonesia diganti dengan Indonesia Primer League (IPL) yang kemudian dioperatori oleh PT Liga Prima Indonesia Sportindo.
Mayoritas dari klub-klub anggota PSSI lantas menentangnya. Mereka semua menolak kehadiran kompetisi model baru serta para operator yang mengelolanya. Sepanjang musim 2012 ISL dan IPL berjalan beriringan. Kemudian, PSSI terbelah dua kubu.
Empat anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI yang terdiri dari La Nyalla Mattalitti, Roberto Rouw, Toni Aprilani, dan Erwin Budiawan, membelot lalu membentuk organisasi Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI).
KPSI bergerak menjadi organisasi tandingan PSSI yang mendapat dukungan dari banyak anggota PSSI. Di saat bersamaan muncullah kasus dualisme klub. Persija Jakarta, Gresik United, PSMS Medan, Persebaya Surabaya, Arema Indonesia, terbelah menjadi dua.
Pemerintah RI lewat Kemenpora kemudian mengikutu intervensi untuk menyelesaikan konflik dualisme. Melalui proses yang cukup panjang dan berliku rekonsiliasi PSSI dilakukan lewat forum Kongres Luar Biasa yang berada di Hotel Borobudur pada medio Maret 2013. Menariknya, dalam acara itu Djohar dan La Nyalla bersatu. Keduanya lalu berduet untuk memimpin PSSI.
4. La Nyalla Mattalitti
Nama La Nyalla Mahmud Mattalitti begitu kontroversial terdengar di telinga pecinta olahraga sepak bola Indonesia. Ia diketahui menjadi figur uatama dalam kasus dualisme federasi serta kompetisi dan juga pembekuan PSSI. Daftar sikap kontroversialnya bertambah semenjak aktif sebagai pengurus teras di dalam PSSI pada tahun 2011 lalu.
Baca Juga: FIFA Wajibkan Liga 1 Digelar Akhir Pekan, Kick Off Tak Boleh Lebih dari Jam 5 Sore
Setelah masa kepemimpinan Djohar sebagai ketua umum PSSI selesai, La Nyalla kemudian maju sebagai pemimpin berikutnya. Dia terpilih sebagai ketua umum PSSI melalui Kongres PSSI pada 17 Maret 2015 di Hotel JW Marriot, Surabaya.
Akan tetapi, sesaat setelah ia terpilih, Menpora Imam Nahrawi kala itu menjatuhkan sanksi administratif terhadap kepengurusan PSSI pimpinan La Nyalla. Kegaduhan pun terjadi, organisasi yang ia pimpinnya lumpuh akibat hukuman tersebut.
Tak hanya Kemenpora, status PSSI juga telah dibekukan pada bulan Mei 2015 oleh FIFA. Otoritas tertinggi dari sepak bola dunia tersebut menjatuhkan sanksi terhadap PSSI karena intervensi pemerintah (Kemenpora). Hal tersebut dinilai tabu oleh FIFA. Dari awal La Nyalla terpilih sebagai ketua PSSI, kepemimpinannya tak berhenti diterpa prahara.
Edy Rahmayadi resmi menanggalkan jabatan sebagai Ketua Umum PSSI pada saat membuka Kongres Tahunan PSSI, di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali, Minggu (20/1/2018). Keputusan ini mengejutkan lantaran Edy berulang kali menolak mundur dari jabatannya yang sempat disampaikan oleh beberapa pihak.
Selama masih aktif sebagai ketua PSSI, Edy menuai beragam kecaman lantaran ucapan kontroversi yang pernah ia lontarkan. Edy sempat mengecam keputusan Evan dan Ilham yang akan pindah ke Selangor FA. Keduanya dinilai tidak pas sebab peran mereka saat itu sedang dibutuhkan Timnas Indonesia U-23 untuk tampil dalam Asian Games 2018.