Komunitas yang dimaksud terdiri dari jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, SMK/Sekolah Menengah Kejuruan, serta SLB/Sekolah Luar Biasa negeri maupun swasta. Dalam program Jakarta Sekolah Komunitas ini, seluruh stakeholder pendidikan dari Dinas Pendidikan, Suku Dinas Pendidikan, hingga Unit Pengelola (UP) dilibatkan.
“Dalam pelaksanaannya juga memungkinkan dapat melibatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lain, seperti Badan Penjamin Mutu Pendidikan DKI Jakarta, hingga Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik (Diskominfotik) untuk bantuan publikasi,” tutur Purwo.
Disdik DKI merevitalisasi pula Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik agar lebih siap masuk dunia kerja. Lewat SMK, angka pengangguran di Jakarta diharapkan bisa ditekan.
Berbagai program pun telah dilaksanakan, mulai dari sinkronisasi kurikulum bersama industri, Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL/Project Based Learning), basis industri, guru tamu, PKL/Praktik Kerja Lapangan siswa, sertifikasi siswa, magang guru, Teaching Factory (TeFa), keterlibatan industri melalui CSR/Corporate Social Responsibility, keterserapan tamatan, pemenuhan pengawas, kepemimpinan kepala sekolah, penataan dan pengelolaan keuangan, hingga sarana serta prasarana.
Revitalisasi SMK mulai dilakukan sejak Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 yang didukung dengan Peraturan Gubernur (Pergub) DKI Nomor 32 Tahun 2019, Keputusan Gubernur (Kepgub) Nomor 199 Tahun 2020, serta Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 69 Tahun 2022.
Revitalisasi SMK yang dilakukan Disdik DKI adalah dengan membuat peta jalan revitalisasi sejak 2019. Kemudian, pelaksanaannya difasilitasi oleh Dinas Pendidikan dan Suku Dinas Pendidikan, dengan membekali peserta didik agar kompeten dan siap untuk bekerja, melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, atau berwirausaha.
"Kurikulum pun disinkronkan, sehingga SMK bisa menjalin kerja sama dengan dunia usaha, industri, serta perguruan tinggi," jelas Purwosusilo.
Berdasarkan data Disdik DKI, jumlah lulusan SMK yang terserap di dunia kerja terus meningkat. Pada Desember 2021, mencapai 73,12 persen dari 70,489 siswa. Sedangkan pada Desember 2022, mencapai 76 persen dari 74.027 siswa. Sementara, pada Agustus 2023, mencapai 72,55 persen dari 70,050 siswa per. Pada Desember 2023, angkanya ditargetkan naik hingga 80 persen.
Kolaborasi dengan dunia industri terus ditingkatkan di jenjang SMK. Sebanyak 578 SMK negeri dan swasta telah bekerja sama dengan 2.525 industri.
Baca Juga: Wujudkan Impian Keperawatan di UK Lewat Beasiswa Penuh S1 dengan SI-UK Indonesia
17 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta juga telah bekerja sama dengan sejumlah SMK di Ibu Kota.
Demi memberikan akses serta memenuhi kebutuhan harian dan penunjang siswa tidak mampu, Pemprov DKI Jakarta telah menyalurkan Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus untuk 805.550 peserta didik jenjang SD-SMA sederajat pada 2023. Begitu pula Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU) untuk 16.708 mahasiswa, Bantuan Pendidikan Masuk Sekolah (BPMS) untuk 84.064 siswa, dan beasiswa untuk 65 anak tenaga kesehatan (nakes).
Komitmen peningkatan akses dan kualitas pendidikan Jakarta juga terlihat dari penyediaan anggaran. Pada 2023, DKI Jakarta mengalokasikan 24,51 persen, atau setara Rp 18,287 triliun untuk pendidikan dari keseluruhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI.
DPRD DKI Jakarta melalui Badan Anggaran bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Pemprov DKI juga telah menyepakati nilai rancangan APBD 2024 sebesar Rp 81,7 Triliun. Dari jumlah itu, alokasi anggaran terbesar akan digelontorkan untuk Dinas Pendidikan mencapai Rp 17,4 triliun.
Sekretaris Komisi E DPRD DKI Jakarta, Johnny Simanjuntak, meminta Pemprov DKI merealisasikan sejumlah program yang bisa meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa tak mampu pada 2024.
"Dengan sejumlah catatan, di antaranya segera merealisasikan dan mendorong kajian mengenai sekolah unggulan untuk siswa tidak mampu di setiap wilayah, serta menyelesaikan ijazah yang ditahan pihak sekolah,” terang Jhonny.