Dedikasi 'Suster Kargo' Sang Pejuang Anti Human Trafficking Dapat Anugerah HWPA 2023

Sabtu, 27 April 2024 | 11:07 WIB
Dedikasi 'Suster Kargo' Sang Pejuang Anti Human Trafficking Dapat Anugerah HWPA 2023
Laurentina, Suster yang melayani dan mengurusi pemulangan jenazah korban Tindak Pidana Perdagangan Orang atau TPPO di Nusa Tenggara Timur. Wanita yang dijuluki Suster Kargo ini mendapat penghargaan Hassan Wirajuda Perlindungan WNI Award (HWPA) 2023 dari Kementerian Luar Negeri di Jakarta, Jumat 26 April 2024. [Suara.com/Bagaskara]

Suara.com - "Meskipun tidak dapat penghargaan juga tetap kami akan melaksanakan tugas ini sesuai dengan kemampuan kami dan terutama demi kemuliaan Tuhan yang kami layani".

Begitu kata Laurentina saat mendapat penghargaan Hassan Wirajuda Perlindungan WNI Award (HWPA) 2023 dari Kementerian Luar Negeri di Jakarta, Jumat 26 April.

Ia seorang Suster yang sudah 13 tahun mengabdikan hidupnya untuk melayani dan mengurusi pemulangan jenazah korban Tindak Pidana Perdagangan Orang atau TPPO di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Semua itu diawali dari pemberian tugas dari Kongregasi agar Laurentina melayani soal kasus pekerja migran Indonesia (PMI) yang bermasalah terutama di wilayah Indonesia Timur yakni NTT.

"Jadi di sana kami berkegiatan karena Nusa Tenggara Timur termasuk pengirim pekerja migran ke luar negeri banyak sekali terutama di negara Malaysia dan beberapa negara," ujarnya.

Adanya fakta itu menjadi pergulatan batin sendiri bagi Laurentina. Ia merasa prihatin terhadap WNI yang menjadi korban Human Trafficking.

Apalagi terhadap jenazah-jenazah PMI yang identitasnya tak dikenal. Maklum saja terkadang para PMI yang berasal dari NTT berangkat kerja ke luar negeri lewat jalur non prosedural.

Para jenazah PMI itu biasanya dipulangkan melalui Bandara El Tari Kupang, NTT. Laurentina berserta kawan-kawannya dengan sukarela membantu mengurusi jenazah agar sampai kepada keluarganya.

Para jenazah datang lantaran kebanyakan meninggal karena sakit. Tak jarang pula jenazah itu adalah korban kekerasan, yang meninggal dalam kondisi tak wajar.

Baca Juga: Malam Penganugerahaan Hassan Wirajuda Perlindungan Award 2023

"Kami secara pribadi bahwa mereka meskipun sudah meninggal atau sudah menjadi jenazah, itu tetap martabat manusia yang harus dijunjung tinggi. Dan itu rasa kemanusiaan saya terhadap mereka-mereka yang tidak bisa bersuara lagi," tuturnya.

"Jadi mereka tetap harus ditolong, tetap harus dilindungi terutama keluarga-keluarga mereka yang kehilangan tulang punggungnya untuk keluarga yang kehilangan begitu," sambungnya.

Bagi Laurentina apa yang dilakukannya tersebut untuk sekadar memberikan kekuatan bagi para keluarga yang telah ditinggalkan, sekaligus kekuatan doa.

Hal itu pula lah yang membuat Laurentina dijuluki sebagai 'Suster Cargo'. Julukan tersebut mungkin saja hanya jadi sematan semata, tapi bagi dirinya tugas yang ia jalani demi nilai kemanusiaan walaupun terkadang menemui sejumlah kesulitan.

"Ya kesulitan-kesulitan pasti ada ya di lapangan terutama kerjasama dengan pemerintah yang awalnya susah tapi sekarang ini sudah mulai terbuka meskipun masih berjuang ya karena masing-masing punya kepentingan," katanya.

Ia mengakui jika memberantas perdagangan manusia ini tidak bisa sendiri. Semua butuh kerja sama antar pemangku kepentingan agar kasus tersebut dapat dicegah.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI