Di sisi lain, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dan Menteri Energi dan Infrastruktur Israel Israel Katz mempertegas sikap keras mereka.
Katz secara terbuka menyatakan bahwa Israel akan terus menahan bantuan kemanusiaan ke Gaza, sebuah tindakan yang oleh Hamas disebut sebagai bentuk "penggunaan kelaparan sebagai senjata".
"Ini adalah pengakuan publik atas kejahatan perang," kata Hamas dalam pernyataan resminya.
PBB memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan di Gaza telah mencapai titik kritis, dengan lebih dari setengah juta orang terpaksa mengungsi sejak serangan kembali dilancarkan pada Maret.
Akses terhadap makanan, air bersih, obat-obatan, dan bahan bakar kian terbatas, memicu kekhawatiran akan kelaparan massal.
Dalam pertemuan di Moskow, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani menyatakan bahwa Israel bertanggung jawab atas kegagalan kesepakatan gencatan senjata yang sebelumnya telah dicapai pada Januari.
Ia menegaskan bahwa Qatar akan terus berupaya menjembatani perbedaan demi mengakhiri penderitaan rakyat Palestina.
Presiden Rusia Vladimir Putin dalam kesempatan yang sama menyebut perang di Gaza sebagai sebuah "tragedi besar" dan menekankan pentingnya solusi dua negara sebagai jalan keluar jangka panjang.
Sejak meletusnya perang pada 7 Oktober 2023, korban jiwa di Gaza telah mencapai sedikitnya 51.065 orang, sebagian besar warga sipil, menurut data terbaru Kementerian Kesehatan Gaza.
Baca Juga: IHSG Susah Gerak, Warga RI Tahan Belanja, Analis: Saya Khawatir!
Sementara itu, serangan awal Hamas ke wilayah Israel menyebabkan 1.218 orang tewas, juga mayoritas warga sipil, berdasarkan angka resmi Israel.
Konflik Israel-Palestina kembali menunjukkan eskalasi yang mengkhawatirkan, di tengah macetnya diplomasi dan memburuknya kondisi kemanusiaan di Gaza.
Masyarakat internasional terus menyerukan penghentian kekerasan dan pengiriman bantuan kemanusiaan tanpa hambatan, namun hingga kini, penderitaan warga sipil tetap berlanjut.