Cerita Korban Selamat Ledakan Amunisi di Garut

Dany Garjito Suara.Com
Selasa, 13 Mei 2025 | 14:20 WIB
Cerita Korban Selamat Ledakan Amunisi di Garut
Ilustrasi ledakan di Garut. [Envato Elements]

Suara.com - Korban selamat dari ledakan amunisi di Garut menceritakan detik-detik insiden berdarah ini.

Pria bernama Anjas mengaku ia berada di lokasi peledakan amunisi Garut yang merenggut belasan nyawa.

Anjas menceritakan kesaksiannya ini dalam video yang tayang di YouTube tvOneNews.

Kesaksian Korban Selamat Ledakan Amunisi Garut

Berdasarkan pengakuannya, di lokasi sudah ada bom lama yang ditimbun pasir.

"Pasti kan setiap tahun ada kegiatan di situ, pasti ada bom bekas yang ditimbun pasir," kata korban selamat ledakan amunisi di Garut ini, dikutip Selasa, 13 Mei 2025.

Menurutnya, bom lama tersebut meledak karena ada getaran dari ledakan amunisi lain.

"Jadi bom lama yang ketimbun pasir kena getaran, meledak," katanya.

Anjas mengatakan bahwa ledakan amunisi yang menewaskan rekan-rekannya ini terjadi ketika mereka sedang beres-beres dan hendak pulang.

"Meledaknya bom bekas itu terakhir, pas kami mau 'balik kanan', beres-beres, meledak," kata korban selamat ini.

Baca Juga: Ledakan Amunisi Expired di Garut Telan 13 Nyawa, Keponakan Prabowo ke TNI: Perlu Audit Menyeluruh!

Kronologi Lengkap Ledakan Amunisi di Garut

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad), Brigjen Wahyu Yudhayana membeberkan kronologi ledakan yang terjadi saat Jajaran Gudang Pusat Munisi III Pusat Peralatan TNI AD melakukan pemusnahan amunisi afkir atau tidak layak pakai di Desa Sagara Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Wahyu menyampaikan peristiwa yang mengakibatkan korban jiwa di kalangan TNI AD dan masyarakat sipil itu terjadi pada Senin, 12 Mei 2025, pukul 09.30 WIB. Berikut kronologis kejadiannya:

Sudah Pengecekan

Wahyu berujar pada awal kegiatan pemusnahan amunisi afkir secara prosedur telah dilaksanakan pengecekan baik terhadap personel maupun yang berkaitan dengan lokasi peledakan.

"Semuanya dinyatakan dalam keadaan aman," kata Wahyu dalam video konferensi pers sebagaimana diterima Suara.com, Senin (12/5/2025).

Dua Sumur Pertama

Disebutkan bahwa ada tiga sumur yang disiapkan guna memusnahkan amunisi afkir yang telah diinventarisis TNI AD. Pemusanahan amunisi afkir di dua sumur berjalan lancar dan aman.

Wahyu mengatakan, sebelum pemusnahan, tim penyusun amunisi melakukan persiapan pemusnahan di dalam dua lubang sumur. Setelahnya, seluruh tim pengamanan masuk ke pos masing-masing untuk melaksanakan pengamanan.

Setelah dinyatakan aman, kemudian dilakukan peledakan di dua sumur tersebut untuk pemusnahan amunisi afkir.

"Dan peledakan di dua sumur ini berjalan dengan sempurna dalam kondisi aman," kata Wahyu.

Ledakan Tiba-tiba di Satu Sumur

Adapun peristiwa ledakan yang kemudian mengakibatkan 13 orang tewas tersebut terjadi di sumur ketiga. Wahyu bilang, ledakan terjadi saat tim TNI AD tengah menyusun detonator yang akan dimusnahkan.

Sumur ketiga tersebut di luar dua sumur yang sebelumnya digunakan.

"Sedangkan di luar dua sumur ini disiapkan satu lubang yang peruntukannya adalah untuk menghancurkan detonator yang selesai digunakan dalam penghancuran dua sumur sebelumnya, termasuk sisa detonator yang ada berkaitan dengan munisi afkir tersebut," terang Wahyu.

Tetapi nahas, ledakan terjadi secara mendadak saat tim penyusun masih menyusun detonator di dalam sumur ketiga.

"Saat tim penyusun amunisi menyusun detonator di dalam lubang tersebut secara tiba-tiba terjadi ledakan dari dalam lubang yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia," kata Wahyu.

Komisi I DPR Duga Ada Kesalahan Predisi Peledakan Amunisi Kadaluarsa

Mayor Henderal TNI Purnawirawan Tubagus Hasanuddin, mantan ajudan mendiang Presiden ketiga BJ Habibie, menceritakan kisah hidup almarhum dengan sang istri, Ainun. [Suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Mayor Henderal TNI Purnawirawan Tubagus Hasanuddin, mantan ajudan mendiang Presiden ketiga BJ Habibie. [Suara.com/Ummi Hadyah Saleh]

Anggota Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin mengatakan bahwa amunisi yang diledakkan adalah amunisi kadaluarsa, yang secara teknis sudah tidak stabil.

"Amunisi kadaluarsa itu tidak semuanya akan meledak serentak ketika diledakkan. Ada yang meledak langsung, tapi ada juga yang meledak belakangan karena sifatnya yang tidak lagi normal," jelasnya.

Peledakan pertama sebenarnya dirancang untuk menghancurkan seluruh amunisi, dan petugas meyakini bahwa semua telah hancur.

Namun, karena sifat amunisi kadaluarsa yang tidak sepenuhnya bisa diprediksi, terjadi ledakan susulan yang menyebabkan korban jiwa.

"Ini akibat dari kesalahan prediksi petugas. Dikiranya satu ledakan cukup, ternyata ada amunisi yang meledak belakangan dan menimbulkan korban," tambahnya.

Nantinya, TB Hasanuddin menegaskan pentingnya menjadikan peristiwa ini sebagai pelajaran berharga untuk menyempurnakan prosedur peledakan amunisi, terutama yang bersifat kadaluarsa, agar kejadian serupa tidak terulang.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI