Terakhir, ia mengatakan, kekisruhan panjang sejak Rommy tertangkap KPK membuat kader banyak hengkang, melahirkan perpecahan internal juga banyak. Hal itu, kata dia, harus menjadi introspeksi kekalahan kemarin ada faktor kekisruhan di internal.
"Kalau sekarang Rommy dan kawan kawan hanya menyoroti Pak Mardiono semata, pertanyaannya Pak Mardiono itu Plt sudah berapa lama? toh itu kan baru. Dia merima jabatan itu saat proses pemilu. Jadi jangan lah masalah itu dibesar-besarkan. Kita harus melihat filosofi jari. Jadi, ketika kita shalat, satu jari anda tunjuk kedepan tiga jari menunjuk diri sendiri," ungkapnya.
"Jadi mestinya kita selalu hati-hati, jangan liat orang lain salah, jangan-jangan kita paling salah. Ini tidak dibenarkan oleh agama," sambungnya.
![Ilustrasi PPP. [Jatimnet.com]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/11/27/76282-ilustrasi-ppp.jpg)
Balas Tudingan Jual PPP
Sebelumnya, Ketua Majelis Pertimbangan DPP PPP, M Romahurmuziy alias Rommy, memberikan balasan telak terhadap Ketua DPC PPP Jakarta Timur, Ahmad Rifa'i menudingnya telah menjual PPP.
Rommy membantah telah menjual partai hanya gara-gara membuka pihak eksternal sebagai kandidat calon ketua umum PPP.
"Menurut saya nggak ada yah urusan nya dengan apa namanya menjual partai," kata Rommy kepada Suara.com, Sabtu (31/5/2025).
Ia balik menyindir Ahmad Rifa'i dengan menyebut sekelas Dewan Pengurus Cabang partai pengetahuan politiknya minim.
"Mungkin karena kader tingkat DPC ya saya maklum karena pengetahuan politiknya masih terbatas," katanya.
Baca Juga: Dipuji-puji karena Dietnya Berhasil, Prabowo Pangling Lihat Megawati: Ibu Luar Biasa!
Ia menegaskan, jika PPP harus menerima kenyataan dari partai besar penuh sejarah, kini merosot.
"Mau butuh kenyataan apalagi kalau tidak kita pada orang luar, karena satu satunya yang belum dilakukan PPP adalah membuka diri terhadap orang-orang yang sudah berkarya di tempat lain kemudian kita naturalisasi menjadi kader partai," ujarnya.
Rommy pun mengingatkan, jika Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai bukan lah kitab suci.
"Inget bahwa ad art itu bukan kitab suci sehingga bisa diubah muktamirin mana pun. Karena itu oesan saya kepada rekan DPC yang tadi menyampaikan belajar politik lebih lama dan saya menbuka diri di jakarta apalagi sana sama di Jakarta Timur untuk adek-adek itu belajar politik," pungkasnya.