
Ketika Menteri ESDM tiba di Sorong, aksi unjuk rasa menyambutnya. Tapi tidak semua masyarakat menolak tambang. Ketua Badan Musyawarah Kampung (Bamuskam) Gag, Waju Husein, menyatakan bahwa penolakan justru banyak datang dari luar.
“Kalau ada yang merugikan, kami yang pertama akan menolak,” ujar Waju. Ia menekankan bahwa selama ini, kehadiran tambang justru membantu warga. Sekitar 200 dari 700–900 warga bekerja di sana.
Waju, seorang petani, juga menerima bantuan bibit dan pupuk dari perusahaan. Hasil panennya dibeli oleh GAG Nikel. Nelayan seperti Fataha Banofo juga menjual hasil tangkapannya ke perusahaan.
Hal serupa disampaikan oleh Hulafa Umpsipyat dan Lukman Harun. Keduanya menggambarkan hubungan yang saling menguntungkan antara masyarakat dan perusahaan tambang.
Namun demikian, keberlangsungan operasi tambang tidak bisa hanya bergantung pada manfaat ekonomi jangka pendek.
Pulau Gag memang tidak termasuk dalam kawasan Geopark Raja Ampat. Tapi bukan berarti bebas dari tanggung jawab pelestarian lingkungan. GAG Nikel punya kewajiban menjaga ekosistem Pulau Gag. Menjaga kepercayaan warga. Dan menjaga masa depan.
Karena bagi masyarakat yang hidup bergantung pada tanah dan laut, keberlanjutan jauh lebih penting daripada keuntungan sesaat.