Heboh Kader PSI Sebut Jokowi Memenuhi Syarat Jadi Nabi, Tuai Badai Kritik

Ferry Noviandi Suara.Com
Selasa, 10 Juni 2025 | 22:01 WIB
Heboh Kader PSI Sebut Jokowi Memenuhi Syarat Jadi Nabi, Tuai Badai Kritik
Mantan presiden Joko Widodo alias Jokowi saat ditemui di kediaman pribadinya, Selasa (14/1/2025). [Suara.com/Ari Welianto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dia pun menjelaskan bahwa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi nabi adalah "Orang yang menerima wahyu dari Tuhan untuk disampaikan kepada umat manusia."

Namun, Dedy menekankan bahwa dalam perbincangan filsafat, sastra, dan tafsir sosial, kata "nabi" sering digunakan secara kiasan atau simbolik.

Dia memberikan beberapa contoh penggunaan kiasan tersebut, seperti "Socrates adalah nabi akal budi", "Karl Marx adalah nabi revolusi kelas" dan "Buddha adalah nabi kesadaran batin."

Menurut Dedy, penggunaan istilah ini tidak berarti mereka secara harfiah mendengar suara Tuhan.

Joko Widodo atau Jokowi (Dok PDIP)
Joko Widodo atau Jokowi (Dok PDIP)

Itu berlaku untuk orang menyuarakan nilai-nilai agung, membawa pesan moral, dan membimbing umat manusia dari kegelapan menuju pencerahan.

Dedy Nur juga membantah argumen bahwa tidak ada satu pun manusia selain dirinya yang menyatakan Jokowi memiliki sifat kenabian.

Dia menegaskan bahwa tidak diperlukan banyak orang untuk mengawali sebuah pemikiran.

Banyak ide besar dalam sejarah justru berangkat dari satu orang yang mampu melihat sesuatu yang belum dilihat orang lain.

Dia mencontohkan Nelson Mandela yang dulunya dianggap pengacau sebelum akhirnya disebut pembawa cahaya rekonsiliasi.

Baca Juga: Kian Mesra, Siti Zuhro: Hubungan Prabowo-Megawati Bisa Redam Pengaruh Politik Jokowi

Serta Mahatma Gandhi dengan strategi ahimsa-nya yang kemudian disebut "nabi tanpa senjata."

Dedy menambahkan bahwa penilaiannya terhadap Jokowi sebagai sosok yang memiliki sifat kenabian adalah sah sebagai penilaian pribadi yang berbasis pada nilai-nilai etis, bukan karena menerima wahyu.

Lebih lanjut, Dedy Nur turut meluruskan anggapan bahwa kata "nabi" hanya milik satu agama tertentu.

Dia menjelaskan bahwa hampir semua peradaban memiliki tokoh "kenabian" dalam pengertian pembawa nilai luhur, kebijaksanaan, dan pencerahan.

Dedy memberikan contoh seperti Zoroaster di Persia kuno, Kong Hu Cu di Tiongkok, Siddharta Gautama (Buddha) di India, serta Isaiah, Musa, Yesus, dan Muhammad SAW yang muncul di tempat dan waktu berbeda.

Menurut Dedy Nur, menyebut "nabi" tanpa menamai agama spesifik bukan berarti salah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI