Jelang 2029: Jokowi dan Gibran Pisah Partai, Strategi Jitu Rebut Kursi Presiden?

Selasa, 10 Juni 2025 | 16:11 WIB
Jelang 2029: Jokowi dan Gibran Pisah Partai, Strategi Jitu Rebut Kursi Presiden?
Wapres Gibran Rakabuming Raka hingga saat ini belum memiliki partai politik untuk tempatnya bernaung. [Ist]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mantan Presiden Joko Widodo atau Jokowi diperkirakan tidak akan membawa  putra sulungnya Gibran Rakabuming Raka bila jadi merapat ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Namun menurut Pengamat Politik dari Universitas Esa Unggul, M Jamiluddin Ritonga, menilai bahwa PSI justru akan difungsikan sebagai alat penjaga posisi politik Gibran dari luar, bukan menjadi wadah politik langsung.

"Kalau saya melihat, Gibran tidak akan dia (Jokowi) bawa ke PSI. Justru PSI itu nanti dijadikan tameng dan benteng untuk menjaga Gibran," kata Jamiluddin kepada Suara.com, Selasa 10 Juni 2025.

Sementara dari sudut pandang strategi politik, Jamiluddin meyakini akan lebih menguntungkan apabila Jokowi dan Gibran ditempatkan di partai yang berbeda.

Sebab, menurutnya, menyatukan seluruh kekuatan dalam satu partai justru akan melemahkan posisi tawar mereka ke depan, khususnya menjelang Pemilu 2029.

"Kalau mereka nanti ada di beberapa partai, itu akan lebih kuat untuk mengantarkan Gibran kalau dia mau nyapres di 2029," ujarnya.

Masuk Golkar Penuh Tantangan

Salah satu partai yang sempat disebut sebagai tujuan Gibran berikutnya ialah Partai Golkar.

Namun menurut Jamiluddin, peluang itu pun belum tentu berjalan mulus, kendati saat ini Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia tengah mendapat sentimen negatif dari publik.

Baca Juga: Mesra ke Prabowo Tapi Tidak ke Gibran, PDIP Disebut Akan Menjadi Batu Sandungan untuk Gengnya Jokowi

"Bahlil sendiri sebetulnya di internal Golkar kan relatif ditolak, cuma saat itu dipaksakan karena Jokowi masih sangat berkuasa."

Apalagi, Jamiluddin mengungkapkan bahwa Bahlil tidak nyaman dengan isu yang kerap menerpanya dalam beberapa waktu belakangan, seperti tambang nikel di Raja Ampat, Papua Barat.

"Karena itu, Bahlil sendiri sebetulnya sangat tidak nyaman sebagai ketua umum karena terus ada di badai isu-isu soal pendongkelan terhadap dirinya," terang Jamil.

Situasi serupa dinilai bisa dialami Gibran, apabila nantinya ia memutuskan masuk ke Golkar.

Ketum Partai Golkar Bahlil Lahadalia mengaku tidak ambil pusing dengan isu jokowi akan mencalonkan diri menjadi Ketum PSI. [Suara.com/Faqih]
Ketum Partai Golkar Bahlil Lahadalia diperkirakan tidak nyaman dengan isu yang kini menerpanya sebagai Menteri ESDM.. [Suara.com/Faqih]

"Gibran juga belum tentu kalau dia ke Golkar bisa diterima oleh elit-elit Golkar, khususnya para senior di Golkar. Karena tidak ada lagi orang yang kuat seperti waktu Bahlil dipaksakan ke Golkar," ucap Jamiluddin.

Sementara di tengah spekulasi politik yang berkembang, Jamiluddin memperkirakan bahwa Gibran belum akan segera mengambil keputusan terkait partai politik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI