Anies Baswedan Soroti Masalah Pendidikan Anak: Bukan Sekadar Angka

Minggu, 15 Juni 2025 | 12:26 WIB
Anies Baswedan Soroti Masalah Pendidikan Anak: Bukan Sekadar Angka
Anies Baswedan Soroti Masalah Pendidikan Anak: Bukan Sekadar Angka. (Instagram @post_santa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyatakan bahwa pendidikan bukan sekadar persoalan angka dan nilai akademik. Hal ini disampaikannya lewat acara Indonesia Mengajar (IM) Goes to School yang digelar Indonesia Mengajar di Sekolah Nizamia Andalusia, Jakarta Timur.

Dalam kesempatan itu, Anies bicara lantang soal pentingnya membentuk manusia seutuhnya yang mampu berpikir, bertanya, dan memberi dampak nyata.

Di hadapan guru, siswa, dan orang tua yang hadir dalam kegiatan bertema “Inspirasi Pembelajaran dari Rumah hingga Sekolah”, Anies mengajak semua pihak untuk menempatkan anak sebagai pusat proses belajar, bukan sekadar objek ujian dan evaluasi angka-angka.

Pendidikan bukan sekadar angka. Ia adalah proses membentuk manusia seutuhnya—yang mampu bertanya, berpikir, dan memberi dampak,” ungkap Anies Baswedan dalam keterangannya yang dikutip Suara.com pada Minggu (15/6/2025).

Menurut Anies, kunci pendidikan yang kuat ada pada kolaborasi antara sekolah dan rumah.

Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. (Suara.com/Bagas)
ILUSTRASI--Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyatakan bahwa pendidikan bukan sekadar persoalan angka dan nilai akademik. Hal ini disampaikannya lewat acara Indonesia Mengajar (IM) Goes to School yang digelar Indonesia Mengajar di Sekolah Nizamia Andalusia, Jakarta Timur. Dalam kesempatan itu, Anies bicara lantang soal pentingnya membentuk manusia seutuhnya yang mampu berpikir, bertanya, dan memberi dampak nyata. Menurut Anies, kunci pendidikan yang kuat ada pada kolaborasi antara sekolah dan rumah.
(Suara.com/Bagaskara Isdiansyah)

Anak-anak, kata Anies, perlu ruang untuk tumbuh dan bertanya. Pendidikan yang mematikan nalar hanya akan melahirkan generasi yang pasif.

“Salah satu cara paling efektif untuk melawan nalar tunggal yang membatasi kebebasan berpikir adalah dengan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Anak-anak perlu tumbuh dalam ruang belajar yang mendorong mereka untuk bertanya, bukan sekadar menerima,” ungkap Anies Baswedan. 

Tak berhenti di ruang kelas, mantan Capres di Pilpres 2024 itu juga menggarisbawahi peran sentral keluarga dalam membentuk karakter anak. Baginya, sekolah tak bisa bekerja sendirian.

Anies Baswedan. [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]
ILUSTRASI---Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyatakan bahwa pendidikan bukan sekadar persoalan angka dan nilai akademik. Hal ini disampaikannya lewat acara Indonesia Mengajar (IM) Goes to School yang digelar Indonesia Mengajar di Sekolah Nizamia Andalusia, Jakarta Timur. Dalam kesempatan itu, Anies bicara lantang soal pentingnya membentuk manusia seutuhnya yang mampu berpikir, bertanya, dan memberi dampak nyata. [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]

“Orang tua dan sekolah harus menjadi satu tim. Bersama-sama, mereka perlu memetakan potensi anak, bukan hanya dalam angka, tapi dalam semangat, minat, dan karakter,” beber Anies Baswedan.

Baca Juga: Gembira Prabowo Ambil Alih Polemik Pulau Aceh, Masinton PDIP: Gak Ada Hadiah-hadiahan!

Lebih lanjut, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Presiden ke-7 RI, Jokowi itu juga menambahkan, setiap keluarga memiliki nilai yang berbeda-beda. Karena itu, penting bagi orang tua untuk duduk bersama menyepakati nilai-nilai yang ingin diwariskan ke anak.

“Kalau dalam keluarga ada kesepakatan nilai dan waktu untuk membahasnya, anak-anak akan tumbuh dalam lingkungan yang membuat mereka merasa aman. Rasa aman itu yang akan jadi pijakan mereka untuk berkembang,” papar Anies Baswedan.

Selain itu, Anies Baswedan turut mendorong IM memperluas akses literasi sains. Indonesia Mengajar turut memperkenalkan Olimpiade Genomik Indonesia (OGI) kompetisi ilmiah berbasis genomik untuk siswa SD hingga SMA dari seluruh Indonesia.

Tak ada biaya pendaftaran untuk ikut OGI. Kompetisi ini terbuka bagi siapa pun dan bertujuan menanamkan minat terhadap ilmu genomik sejak dini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI