Suara.com - Pemerintah diingatkan risiko kerusakan lingkungan serta kerugian ekonomi bagi masyarakat dari rencana pembangunan Giant Sea Wall di pantai utara Jawa. Dampak dari proyek besar itu bahkan dikhawatirkan sama buruk dengan reklamasi.
Dosen Ekonomi Sumber Daya Alam di Universitas Trilogi Jakarta, Muhamad Karim memperkirakan kalau proyek Giant Sea Wall pada akhirnya pasti akan menggusur masyarakat pesisir.
"Giant Sea Wall bukan sekadar membangun suatu penghalang atau mitigasi dari perubahan iklim dan abrasi di pesisir. Karena ketika membangun itu, dampaknya secara ekologi bagi ekosistem di wilayah pesisir di Pantura Jawa dampaknya akan parah. Juga akan menggusur masyarakat pesisir," kata Karim dalam diskusi bersama Auriga Nusantara di Jakarta, Senin (16/6/2025).
Karim berpandangan kalau proyek Giant Sea Wall berpotensi merusak ekosistem laut, termasuk suplay ikan-ikan untuk nelayan. Akibatnya aktivitas penangkapan ikan bisa area pantai utara Jawa itu bisa terganggu.
"Walaupun kalau kita lihat data sumber ikan di Pantura sudah over eksplorasi dan full eksploitasi, tapi di situ masih ada sumber kehidupan, itu kan nanti mereka tergusur juga. Jadi sama saja dengan reklamasi sebetulnya Giant Sea Wall itu," kritik Karim.
![Nelayan demo di Bundaran HI, Selasa (15/10), kritik pembangunan proyek Giant Sea Wall karena bisa menghilangkan mata pencaharian mereka di Teluk Jakarta [Kurniawan Mas'ud]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2014/10/15/KM201410152262-e1413362982679.jpg)
Daripada membangun Giant Sea Wall, Karim menyarankan kalau pemerintah sebaiknya melakukan restorasi dan rehabilitasi.
"Rehabilitasi mangrove, restorasi terumbu karang di pantura Jawa. Coba kalau sepantura Jawa bikin mangrove tebalnya 200 meter, cepat kok tumbuhnya mangrove, 3 tahun sudah bagus. Tidak terjadi apa-apa, bisa mencegah dampak perubahan iklim, bisa cegah abrasi," ungkap Karim.
Menurutnya, sebenarnya sudah banyak solusi untuk mencegah perubahan iklim dan abrasi di pesisir. Serta di Indonesia jugabtelah tersedia berbagai teknologi yang ramah lingkungan.
Namun, Karim melihat kalau pemerintah seolah sengaja enggan menggunakan itu demi produksi hasil alam melimpah meski sebenarnya tidak jangka panjang.
Baca Juga: Didesak Minta Maaf, Koalisi Sipil: Fadli Zon Justru Kaburkan Pelanggaran HAM Tragedi 98
Dia mencontohkan dampak nyata Giant Sea Wall sebenarnya telah terjadi di wilayah Jakarta Utara.
"Lihat aja di Jakarta Utara, tembok yang dibangun, itu apa mini Giant Sea Wall? Sudah hancur kan malah terjadi abrasi besar-besaran," ujarnya.
Oleh karena itu, dia menyarankan lebih baik lakukan rehabilitasi yang tidak perlu biaya banyak untuk melakukannya.
"Enggak perlu duit triliunan, tapi ekosistem bisa pulih. Orang bisa lagi menangkap ikan, bisa dijadikan ekowisata. Justru bisa menguntungkan masyarakat. Kalau Giant Sea Wall menguntungkan kontraktor," pungkasnya.
Prabowo Ngotot Garap Giant Sea Wall
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menekankan pentingnya proyek pembangunan Giant Sea Wall di pantai Utara Jawa. Menurutnya, proyek tersebut sangat strategis dan vital bagi Indonesia.