Suara.com - Manuver yang menarik perhatian global terjadi di perairan internasional. Kapal induk nuklir milik Amerika Serikat, USS Nimitz (CVN-68), yang diyakini sedang dalam perjalanan menuju kawasan Timur Tengah, dilaporkan telah mematikan transponder-nya. Tindakan ini, menurut data pelacak kapal Marine Vessel Traffic, menghentikan transmisi data lokasi kapal sejak 17 Juni pukul 02:03 GMT (09:03 WIB). Pemadaman sinyal ini menimbulkan spekulasi mengenai misi rahasia kapal induk tersebut di tengah eskalasi ketegangan antara Iran dan Israel.
Menurut koordinat terakhir yang terekam sebelum sinyal hilang, kapal induk AS tersebut berada di perairan antara Malaysia dan Indonesia, bergerak mengikuti jalur 313 derajat dengan kecepatan 19 knot. Meskipun tujuan spesifiknya tidak disebutkan dalam sistem Marine Vessel Traffic, arah pergerakannya yang mengarah ke barat laut sangat mengindikasikan bahwa kelompok penyerang kapal induk Nimitz kemungkinan besar sedang menuju Teluk Persia.
Pergerakan ini dikaitkan dengan upaya Amerika Serikat untuk memperkuat postur pertahanan mereka di Timur Tengah, menyusul meningkatnya konflik antara Iran dan Israel.
Profil USS Nimitz
Keberadaan USS Nimitz di perairan Timur Tengah akan menjadi penambahan kekuatan yang signifikan. Kapal induk ini merupakan ikon kekuatan maritim Amerika Serikat, yang pertama kali dioperasikan pada 3 Mei 1975.
Meskipun menjadi kapal induk AS tertua yang masih aktif dalam berbagai operasi, kemampuannya tidak perlu diragukan. Dengan panjang lebih dari 332 meter dan bobot 100.000 ton, USS Nimitz mampu mengangkut hingga 90 pesawat tempur dan menampung lebih dari 5.000 personel.
Persenjataan USS Nimitz sangat lengkap, mencakup rudal Sea Sparrow untuk pertahanan udara, sistem CIWS Phalanx untuk pertahanan titik jarak dekat, serta berbagai radar dan pelindung elektronik mutakhir yang memastikan kemampuan operasionalnya di medan perang modern.
Sebagai kapal bertenaga nuklir, Nimitz ditenagai oleh dua reaktor nuklir Westinghouse A4W dan empat turbin uap, yang menghasilkan total tenaga 260.000 horse power. Kombinasi teknologi ini memungkinkannya melaju dengan kecepatan lebih dari 30 knot, memberikan kecepatan dan jangkauan yang impresif tanpa perlu pengisian bahan bakar konvensional.
Seorang pejabat pertahanan AS pada Selasa, 17 Juni 2025, mengonfirmasi kepada RIA Novosti bahwa Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth telah mengeluarkan arahan untuk memindahkan kelompok penyerang kapal induk Nimitz ke Area Tanggung Jawab Komando Pusat. Langkah ini diambil untuk mempertahankan postur pertahanan AS di Timur Tengah dan menjaga keamanan personel Amerika di kawasan tersebut. Angkatan Laut AS secara konsisten melakukan operasi di Mediterania Timur untuk mendukung tujuan keamanan nasional, menunjukkan komitmen Washington dalam menjaga stabilitas di wilayah yang bergejolak.
Baca Juga: Perang Iran-Israel Bikin Emas Jadi Primadona? Ini Kata Ahli dan Pilihan Investasi Lainnya
Presiden AS Donald Trump juga memberikan pernyataan pada hari yang sama, mengklaim bahwa kendali penuh dan total atas wilayah udara Iran telah tercapai, meskipun Iran dikenal memiliki pelacak langit dan sistem pertahanan udara yang mumpuni. Klaim ini datang di tengah laporan Fox News pada Selasa, 17 Juni 2025, yang menyebutkan bahwa Amerika Serikat mengerahkan lebih banyak jet tempur ke Timur Tengah. Mengutip seorang pejabat AS, laporan tersebut menyatakan bahwa Washington juga memperpanjang masa tugas pasukan udara yang sudah ditempatkan di kawasan itu. Pengerahan ini mencakup kekuatan udara defensif, melibatkan jet-jet tempur canggih seperti F-16, F-22, dan F-35, yang semakin menambah ketegangan militer di Timur Tengah.