Beban-beban teologi kompleks yang selama ini ia pikul terasa terangkat. Saat itulah ia sadar, hatinya telah menemukan pelabuhan terakhirnya.
"Saya telah menghabiskan seumur hidup mencari Tuhan dalam koridor-koridor teologi yang terkadang rumit dan berliku," tuturnya dengan mata berbinar.
"Namun saat saya benar-benar menyerah dan membuka hati pada Alquran, rasanya seperti semua kabut terangkat. Tuhan tidak lagi terasa jauh dan abstrak, melainkan dekat, personal, dan sangat jelas dalam firman-Nya," imbuhnya.
Keputusannya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dilakukan tanpa keraguan. Proses itu menjadi momen pembebasan yang mengharukan.
Setelah resmi menjadi seorang Muslim, ia memilih nama baru untuk dirinya: Abdul Rahman.
Nama ini tidak dipilih secara acak. Abdul Rahman berarti "Hamba dari Yang Maha Pengasih," sebuah cerminan dari perasaan syukur dan kedamaian luar biasa yang kini melingkupi hatinya.
"Mengganti nama bukanlah tentang menghapus siapa Gould David, tapi ini tentang menyempurnakan perjalanan hidupnya," ucapnya.
"Nama Abdul Rahman adalah pengingat harian bagi saya, bahwa tujuan akhir hidup ini adalah untuk mengabdi kepada Sang Maha Pengasih, sumber dari segala cinta dan kedamaian yang akhirnya saya temukan."
Kisah Abdul Rahman dengan cepat menyebar, menjadi sumber inspirasi dan perbincangan hangat di berbagai komunitas lintas agama.
Baca Juga: Pemprov DKI Batal Uji Coba Car Free Night 5 Juli, Peringatan Tahun Baru Islam Digelar di Tiap Kota
Perjalanannya yang unik dari seorang pendeta yang sangat dihormati menjadi seorang Muslim yang taat adalah bukti nyata bahwa hidayah atau petunjuk ilahi bekerja dengan cara yang misterius dan dapat menjangkau siapa saja, di mana saja, dan kapan saja.