4. Mengajar di UI dan Membentuk Generasi Intelektual Baru
Sekembalinya ke Indonesia, Kartini mengabdi sebagai dosen S1 Antropologi di Universitas Indonesia dan juga mengajar di program pascasarjana.
Ia tak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga menanamkan semangat berpikir kritis dan nilai-nilai empati sosial kepada mahasiswanya.
5. Peneliti di CPIS bersama Harvard dan Kementerian Keuangan
Tahun 1986-1992, Kartini menjadi peneliti sosial-ekonomi di Center for Policy and Implementation Studies (CPIS), lembaga riset yang bekerja sama dengan Harvard University dan Kementerian Keuangan.
Di sinilah Kartini menunjukkan bahwa keilmuan bisa langsung menyentuh kebijakan negara dan kesejahteraan publik.
6. Antropolog yang Aktif di AAI dan Lingkaran Sosial
Kartini saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI), memimpin komunitas keilmuan lintas kampus dan lintas generasi.
Ia juga aktif di berbagai yayasan seperti Rumah Ibu, Suara Ibu Peduli, dan Yayasan Lingkungan Sejahtera yang membuktikan bahwa pendidikan tinggi bisa menjadi alat advokasi nyata.
Baca Juga: Adik Luhut Jadi Calon Dubes Jepang: Ini 5 Fakta Menarik Kartini Sjahrir
7. Disiplin Ilmu yang Mewarnai Diplomasi dan Politik
Pengangkatan Kartini sebagai Duta Besar RI untuk Argentina (2010–2014) adalah bukti bahwa diplomasi Indonesia membutuhkan lebih banyak sosok seperti dirinya yang cerdas, tangguh, dan memiliki wawasan lintas budaya.
Pendidikan antropologi membentuk kemampuannya dalam memahami kompleksitas sosial-politik antarbangsa.
Pada akhir masa jabatannya, ia bahkan dianugerahi Order de Mayo el Merito en el Grado Gran Cruz oleh Pemerintah Argentina, medali kehormatan tertinggi yang pernah diterima diplomat Indonesia di sana.
Kartini Sjahrir adalah contoh nyata bagaimana pendidikan bukan sekadar tangga karier, tapi juga jalan hidup. Dari kampus UI hingga Boston, dari kelas antropologi hingga forum diplomasi dunia, jejaknya adalah kisah tentang kegigihan perempuan Indonesia yang menjadikan ilmu sebagai senjata, bukan sekadar gelar.