Tindakan medis tersebut dilakukan oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
Prosedur yang dijalani Dedi dikenal sebagai Digital Subtraction Angiography (DSA), yakni metode untuk membersihkan aliran pembuluh darah dari sumbatan agar suplai oksigen ke otak lebih lancar.
"Kita sehat tapi akan diambil tindakan agar lebih sehat lagi. Hanya ada di RSPAD yang dipimpin dr Terawan," ucapnya saat itu.
Dia juga mengakui, tindakan ini dilakukan atas saran dokter syaraf karena ditemukan indikasi penyumbatan aliran darah menuju otak.
Meski Dedi tetap menegaskan bahwa dia tidak mengonsumsi obat kimia, publik mempertanyakan klaim tersebut.
Prosedur DSA adalah bagian dari intervensi medis modern yang tidak sejalan dengan konsep "tidak pernah disentuh obat."
Apalagi dia sempat menyatakan, "Tidak ada apa-apa sih, hanya ada sesuatu yang harus segera dibenahi supaya lebih sehat lagi," seolah meremehkan tindakan medis besar yang dijalani.
Netizen pun bereaksi keras. "Kenapa sih harus ada jejak digitalnya? Padahal dikit lagi saya percaya loh pak," tulis seorang netizen.
"Jejak digital memang kejam," tambah lainnya.
Baca Juga: Kontras Biaya Nikah Anak Dedi Mulyadi, Dari Sewa Aset Negara Hingga Santunan Untuk Korban Tewas

Sebagian netizen juga mengaitkan hal ini dengan pernyataan Dedi soal makan gratis dalam pernikahan anaknya, Maula Akbar Mulyadi, dengan Putri Karlina di Garut.
Sebelum tragedi yang menewaskan tiga orang terjadi, Dedi sempat mengajak warga untuk makan sepuasnya dalam acara pernikahan tersebut.
Namun setelah kejadian, dia justru mengaku tidak mengetahui ada acara makan gratis dan bahkan menyatakan sudah melarang kegiatan tersebut.
Kontradiksi antara pernyataan awal dan klarifikasi pasca-tragedi membuat netizen kembali meragukan kredibilitas Dedi Mulyadi.
Dalam era digital yang serba transparan, rekam jejak seseorang sulit disembunyikan.
Publik kini tidak hanya mendengar apa yang dikatakan, tetapi juga menelusuri apa yang pernah dilakukan.