Lagi-lagi, laboratorium punya jawaban lain.
Dalam gelar perkara diketahui jika hasil laporan toksikologi terhadap sampel tubuh korban menunjukkan hasil negatif untuk semua jenis racun, narkotika, atau zat berbahaya lainnya.
Pemeriksaan ini mencakup spektrum luas zat yang bisa melumpuhkan atau membunuh.
Sehingga polisi pun memastikan jika tidak ada intervensi zat kimia dari luar yang menyebabkan kematian.
Autopsi Mengungkap Sebab Asli, Bukan Rekayasa
Banyak yang bertanya, jika tidak ada tanda kekerasan, lalu apa yang terjadi? Jawaban medis dari tim autopsi menjadi pilar terakhir yang meruntuhkan semua keraguan.
Faktanya diketahui jika korban dipastikan meninggal karena asfiksia, yaitu kondisi fatal akibat tubuh kekurangan pasokan oksigen.
Penyebab ini konsisten dengan bukti-bukti di TKP yang menunjukkan tindakan tersebut dilakukan oleh korban pada dirinya sendiri.
Tidak ada luka memar akibat perlawanan, tidak ada patah tulang, dan tidak ada tanda kekerasan dari pihak ketiga.
Baca Juga: Email Pilu ke Badan Amal Ungkap Niatan Bunuh Diri Arya Daru, Isinya Bikin Merinding!
Kematian disebabkan oleh mekanisme internal (gagal napas), bukan serangan eksternal.
Dengan tiga pilar kokoh ini—sidik jari, toksikologi, dan autopsi—polisi secara definitif menutup pintu bagi segala kemungkinan tindak pidana.
Kasus ini bukan lagi sebuah misteri pembunuhan yang belum terpecahkan.
Ini adalah sebuah tragedi personal yang telah dikonfirmasi oleh metode ilmiah yang paling akurat.
Saatnya berhenti berteori dan mulai menerima kenyataan yang, meskipun pahit, adalah kebenaran satu-satunya.
CATATAN REDAKSI: