Anak-anak Turut Jadi Korban Pembubaran Ibadah Umat Kristen di Padang, Menteri PPPA : Bikin Trauma!

Kamis, 31 Juli 2025 | 10:49 WIB
Anak-anak Turut Jadi Korban Pembubaran Ibadah Umat Kristen di Padang, Menteri PPPA : Bikin Trauma!
Ilustrasi trauma anak. [Unsplash]

Suara.com - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi, menyayangkan adanya insiden perusakan rumah doa jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) Anugerah di Padang, Sumatera Barat, hingga mengakibatkan dua anak terluka.

Ia menegaskan bahwa insiden ini bukan hanya bentuk intoleransi, tapi juga pelanggaran serius terhadap hak anak atas pendidikan dan lingkungan yang aman.

“Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan, termasuk pendidikan keagamaan, tanpa rasa takut atau ancaman. Insiden ini menyisakan trauma bagi anak-anak yang menjadi saksi langsung kekerasan," kata Arifah dalam keterangannya, Kamis (31/7/2025).

Ia menambahkan, peristiwa kekerasan seperti ini bisa menimbulkan luka psikologis mendalam bagi anak-anak, khususnya mereka yang menyaksikan langsung kerusuhan di rumah ibadah.

Trauma itu berisiko berdampak panjang pada tumbuh kembang mereka.

"Anak-anak harus tumbuh dan belajar dalam suasana damai, bukan dalam ketakutan,” tegas Arifah.

Ilustrasi pengrusakan. [SuaraSulsel.id/Istimewa]
Ilustrasi pengrusakan. [SuaraSulsel.id/Istimewa]

Sebelumnya, video amatir menunjukkan sejumlah pria yang membawa kayu merangsek masuk ke rumah doa GKSI Anugerah dan memaksa jemaat keluar sambil berteriak-teriak.

Massa merusak fasilitas rumah doa, termasuk memecahkan kaca jendela, membongkar pagar, serta menghancurkan kursi-kursi plastik.

Anak-anak yang berada di dalam rumah ibadah menangis histeris dan berlarian keluar bersama para jemaat yang panik.

Baca Juga: Komisi VIII DPR Kecam Aksi Pengerusakan Rumah Ibadah GKSI di Padang : Merusak Prinsip Kebhinekaan

Arifah mengapresiasi langkah cepat yang diambil Wali Kota Padang, termasuk jaminan untuk mengawal proses pemulihan dan memberikan pendampingan psikologis kepada anak-anak korban.

Lebih jauh, ia menyebut bahwa KemenPPPA akan memantau langsung proses penanganan kasus ini, termasuk langkah-langkah hukum terhadap para pelaku.

Penegakan hukum, menurutnya, penting untuk memberikan keadilan bagi korban serta mencegah terulangnya peristiwa serupa.

"Toleransi bukan hanya slogan, tapi harus menjadi nilai yang diwujudkan dalam setiap tindakan, terutama saat menyangkut kepentingan terbaik anak. Tidak ada kompromi terhadap kekerasan, terlebih jika itu menyasar anak,” ucapnya.

Arifah menyampaikan peristiwa ini harus menjadi pengingat menjaga ruang aman bagi anak.

Karena tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua atau guru, melainkan seluruh lapisan masyarakat. Ia mendorong semua pihak untuk memperkuat komunikasi lintas agama demi mencegah potensi konflik serupa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI